45. Talk to You

1.4K 224 529
                                    

HAI CASSIOPEIANS CLAN!!!

absen dulu disini yukk🔥👉

chapter panjang dan manis buat kalian yang juga maniezzz❤️❤️ *uhuyy

Vote nya udah? kalo udah ayo baca dan kalo belum Vote dulu dong biar makin 'klop' heheh❤️

Komen yang banyak juga yaa, jangan cuma next aja okey?? biar aku juga makin semangat lanjuttt, ayooo🔥🔥🔥

HAPPY READING!


***

Dua hari sudah berlalu sejak kejadian hari itu. Hingga kini Amora masih tak ingin mengaku dan pihak Sharpenes juga tak ingin memperpanjang karena tuntutan orangtua murid yang mempertanyakan keamanan sekolah.

Kasus inipun berakhir dengan hasil kesalahan bersama. Tapi tentunya bagi sebagian yang lain, hal ini tak bisa berakhir seperti itu saja. Masih banyak yang menjadi pertanyaan yang harus mereka cari tahu akan peristiwa ini.

Langkah Lavender berhenti tepat disebelah tubuh Vernon. Laki-laki itu berbaring dengan mata tertutup diatas batu besar yang hanya memuat setengah tubuhnya, sedangkan kakinya menggantung menyentuh tanah.

Setelah makan siang, seorang murid Vampir mendekati Lavender dan berkata jika Vernon menyuruhnya ke kolom ditaman sebelah barat Sharpenes. Dan disinilah Lavender sekarang, entah kenapa ia merasa mau-mau saja menuruti.

Merasakan kedatangan seseorang, Vernon membuka satu lengannya yang menutupi mata dan tersenyum menatap Lavender yang berdiri dihadapannya. Tidak ada salju yang turun saat ini karena sudah reda beberapa jam yang lalu, tapi karena mereka yang merupakan makhluk immortal membuat mereka sedikit bertahan dari rasa dingin.

"Kau datang," gumam Vernon menarik pelan tangan Lavender agar duduk didekat kepalanya.

"Batunya keras dan membuat kepalaku sakit." Laki-laki itu melapor dan dengan segera mengangkat kepala lalu mendaratkannya dipangkuan Lavender.

Bukannya mengernyit kaget, Lavender malah berdecak karena lagi-lagi Vernon melakukan hal-hal seperti ini. Sekarang laki-laki itu sudah tersenyum dan kembali menutup matanya. Tanpa peduli dentuman keras yang terdengar didada si perempuan.

Lavender tentu menyadari itu. Ia tahu bahwa tubuhnya selalu bereaksi jika berdekatan dengan Vernon, apalagi di posisi seperti ini. Bahkan dapat ia rasakan ujung kukunya yang terasa kian dingin walau cuaca memang sudah terlalu dingin. Tapi ia tahu bahwa ini sepenuhnya karena rasa gugup yang dirasakannya.

Lavender kembali teringat suatu hal yang memenuhi pikirannya akhir-akhir ini. Tentang wujud Vernon yang dilihatnya dua hari lalu.

"Kau tak ingin menjelaskan sesuatu padaku?" Lavender sedikit menunduk menatap wajah dengan garis tegas itu. Menyampirkan untaian helai surai platinumnya yang menyentuh wajah Vernon ke balik bahu.

"Apa?" Tanya nya tanpa membuka mata.

"Sayap hitam lebar, mata merah, dan kekuatan gelap yang kau punya."

Vernon yang sudah menduga dari awal bahwa Lavender akan meminta penjelasan tentang ini mulai membuka matanya pelan. Ia ingin memberitahu, tentu saja karena ia juga percaya pada gadis ini. Tapi Vernon juga merasa ini masih bukan waktu yang tepat.

"Kau terkena racun Macayle, Love, itu membuatmu berhalusinasi."

Satu lagi masalahnya, Vernon yang sering memanggilnya dengan sebutan Love. Baiklah, mungkin bagi sebagian orang itu biasa, tapi Lavender--Ah, sudahlah.

CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang