43. Pain

1K 199 111
                                    

HAI CASSIOPEIANS!!!

ada yang masih ingat atau nungguin cerita ini?

huhu, updatenya lama ya? maaf yaa...

butttt,,,,,

HAPPY READING <33!


***

"Kalian memang sering melewatkannya?" Lavender melipat mantelnya lalu memasukkannya ke dalam lemari pakaian saat Azura ditempat tidurnya mengangguk. "Jika yang mengadakannya Orlando, maka pestanya akan sangat liar." Ringisnya.

Lavender mengangguk sekali. "Ya, benar, tadi aku mendengar ada yang membawa alkohol."

"Sangat mudah bagi mereka untuk mendapatkannya. Apalagi jika itu menyangkut Orlando. Dia punya banyak jaringan bandar asal kau tahu." Azura berbisik diakhir kalimatnya. Hanya ada mereka berdua di dalam kamar karena Dixie tentu saja ada di hutan untuk menghadiri pesta. Gadis itu sangat menyukai pesta dan tak akan pernah melewatkannya satu kalipun.

"Kurasa juga begitu," Lavender bergumam, kemudian memutar tubuhnya menghadap Azura. "Aku sedikit lapar jadi sepertinya camilan tengah malam akan membantu, ingin ikut?" Tawar Lavender pada Azura.

Gadis penyihir itu tampak meringis sebentar. "Sepertinya tidak dulu, aku mengantuk, maaf,"

Lavender balas tersenyum. "Tak apa, aku akan melakukannya sendiri."

"Berhati-hatilah." Pesan Azura dan Lavender mengangguk sembari melangkah menuju pintu. Camilan malam dan udara segar adalah perpaduan yang cocok.

Lorong asrama tampak lengang seperti biasanya. Jika hari biasa semua murid ada dikamar mereka, mungkin sebagian dari kamar-kamar ini kosong karena mereka yang lebih memilih menghadari pesta daripada bersantai di dalam kamar.

Lavender memasuki dapur asrama lalu menuju lemari penyimpanan beberapa roti. Mengambil dua tangkup roti gandum dan selai kacang, gadis itu menyatukan keduanya setelah mengoles permukaan roti dengan selai.

Setelah meletakkan selai kembali ke lemari, gadis itu mengambil sebotol air mineral untuknya dan berjalan keluar dari dapur. Langkahnya yang tenang membawanya ke taman depan asrama, ada bangku batu yang bisa diduduki disana dan tampa berpikir, Lavender duduk.

Mengunyah roti dan memperhatikan suasana lapangan didepannya, itulah yang Lavender lakukan. Udara malam dimusim gugur Cassiopeia memang tak pernah mengecewakan. Udara kian dingin karena sebentar lagi memasuki musim dingin dan gadis itu segera merapatkan jaketnya.

suara dedaunan bergesekan membuat lamunan Lavender buyar. Perempuan dengan rambut tergerai itu menoleh ke sebelah kiri, suaranya datang dari sana dan dengan perlahan ia berdiri.

"Ada seseorang disana?" Ucap Lavender dan memutar pandanagnnya. Ia mengernyit saat tak menemukan siapapun. Ah, mungkin saja hewan atau terkena angin.

Tak mau makin penasaran, Lavenderpun berbalik hendak kembali ke kamar saat kedua bahunya ditarik ke arah belakang dan mulutnya dibekap oleh sebuah tangan yang sangat hangat. Gadis itu berontak dengan tubuh menegang saat seseorang yang menahannya membawa tubuhnya melesat ke belakang bangunan asrama.

Setelah sampai tubuhnya dibalik hingga ia bisa melihat wujud dari makhluk yang membawanya dan Lavender terbelalak saat makhluk itu menyeringai. Seorang Macayle. Lavender pernah membaca buku tentang makhluk ini saat disekolah lamanya dulu dan ini bukan pertanda baik.

ia ingin menjerit, menyuruh makhluk api ini melepaskannya, tapi tak bisa saat lehernya ditekan sangat kuat ke pohon pinus dibelakangnya. Rasa panas menggorogotinya, bukan hanya karena napasnya yang tersendat, juga rasa panas dari tangan Macayle. Pergelangan tangan makhluk itu kian menimbulkan warna merah menyala, apinya kian membara.

CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang