42. Darkshade War

1.2K 192 136
                                    

Haiii semuaaa!!!

maaf banget baru update karena sebenarnya chapter ini udh selesai lama, tapi beberapa kali aku revisi ulang karena cukup serius WKWK...

Jangan lupa Vote dan Komen yang banyak yaa

sooo... Happy Reading <33!

***

Delancy mengangkat tangannya dan mengibaskan cepat hingga makhluk itu mundur ke belakang. Beberapa murid yang ada di dekat makhluk itu berlari ke arah berlawanan. Melindungi diri. Thunder mendorong tubuh Delancy sedikit mundur hingga ia yang berada paling depan.

"Witch! Buat cahaya!" Seru Thunder yang langsung dituruti beberapa penyihir yang ada disana. Sebuah bola berwarna putih kebiruan muncul ditelapak tangan mereka. Seperti milik Delancy tadi yang sekarang sudah ia redupkan. Aleric yang berdiri didekat api unggun ikut berjalan maju.

Seseorang dalam wujud wanita berdiri didepan mereka. Seolah dorongan dari Delancy tadi tidak berarti apa-apa baginya. Kulitnya putih seputih susu dengan rambut panjang berwarna merah menyala. Begitupun mata dan bibirnya. Kukunya panjang berwarna hitam.

Bibir merahnya menyeringai. "Setidaknya api tadi berhasil mengembalikan kekuatanku." Ucapnya congkak mengendurkan jari-jari tangannya yang menegang.

"Siapa kau?!" Suara Thunder lantang. Menatap jeli si wanita.

Penyihir sudah siap dengan sihir mereka, para Vampir sudah memunculkan taring jika saja ada serangan, dan Werewolf sudah siaga dengan kuku panjangnya.

"Chill, baby," gumam si wanita menatap Thunder jenaka dengan langkah kecilnya kembali maju, membuat mereka kian siaga.

Mereka tak ada yang tahu jenia makhluk apa wanita ini dan dari mana asalnya. Beberapa bagian tubuhnya tampak bersinar seolah-olah ada aliran api disana.

"Aku Macayle." Ujarnya semangat. Menatap para murid satu-persatu.

Vernon dan Scorpius yang baru datang bergabung disebelah Thunder. Membuat mata diwanita tampak kian berbinar.

"Oh, astaga! Para pangeran didepan ku sekarang." Serunya terlihat senang.

Vernon tersenyum, ia tahu siapa makhluk ini.

"Macayle, huh? Siapa yang mengundangmu?!" Tanya Vernon lantang. Membuat Macayle tersenyum kian lebar.

"Aku tak tahu, tiba-tiba saja tubuhku membawaku kemari dan benar, api yang dibuat penyihir ada disini." Nada suaranya terdengar girang dan tak mengada-ngada, tapi Vernon tentu tak langsung percaya.

"Kau tahu siapa dia?" Bisik Thunder menoleh padanya.

"Macayle, makhluk api. Kian besar dan kuat api yang dilihatnya, kian banyak energi yang ia dapatkan." Bisik Vernon.

"Sepertinya kalian takut--"

"Tidak ada yang takut padamu, bodoh!" Caci Thunder.

"Jelaskan apa tujuanmu kesini!" Scorpuis bergerak satu langkah maju. Membuat Macayle menoleh padanya.

"Bukankah sudah aku katakan? Api yang membawaku kemari." Ucapnya menatap bekas api unggun yang hanya mengeluarkan asap tipis.

"Kau tak bisa datang tanpa diundang dan selain makhluk hidup tak ada yang bisa mengundangmu, walau api sekalipun!"

Macayle menatap Vernon, masih dengan senyum tipisnya. "Aku tak tahu. Yang ku inginkan hanya api. Hidupkan kembali apinya sekarang!" Serunya pada seorang penyihir. Beberapa dari mereka yang terkejut, terpekik pelan sebelum mundur. Bagaimanapun mereka tak bisa begitu saja menyerangnya dengan sihir mereka sebelum para pangeran benar-benar sudah memberi aba-aba.

CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang