"Kau benar-benar tak bisa terbang?" Azura bertanya khawatir pada Lavender yang sudah mengepakkan sayap dihadapannya.
"Bisa, tapi kita tak bisa terbang terlalu tinggi, sayapku belum sepenuhnya sembuh." Balas Lavender dan menjulurkan tangannya yang segera diraih Azura.
"Tak apa, aku akan membantumu dengan sihir-"
"Tidak lagi, Azu, kekuatanmu sedang lemah sekarang. Membawa kita ke Sharpenes tidak begitu menguras tenaga ku." Potong Lavender cepat yang mau tak mau diangguki Azura.
Dengan berpegangan pada tubuh Lavender, Azura diam-diam menyalurkan sihirnya pada sayap Lavender walau tenaganya dibuat terkuras habis.
Lavender mulai mengepakkan sayapnya dan membawa tubuh mereka berdua menjauh dari tanah.
"Azura, kekuatanmu akan sangat membantu disana nanti, jangan gunakan sekarang." Tegur Lavender. Azura memutar bola matanya.
"Aku tak ingin jatuh," katanya.
"Tak akan, pegangan yang kuat."
Azura meraung keras saat besi panas itu digesekkan pada kulit lengannya. Kedua tangannya yang dirantai mengepal kuat mencoba menghalau rasa sakit dengan sihirnya yang sudah melemah. Sedangkan seorang siswa yang berdiri didekatnya hanya terkekeh pada keberanian gadis itu.
"Kau mengorbankan dirimu untuk seseorang yang belum tentu memikirkanmu, Argent."
Azura mendelik tajam pada seorang siswa yang tadi menggoreskan besi panas pada tubuhnya. Menancapkan kuku-kukunya yang panjang pada bagian tubuhnya yang lain hingga darahnya merembes keluar dari sana.
"Mereka peduli padaku!" Sentaknya.
Siswa itu tertawa keras. "Oh, astaga! Kau selalu mengkhayal,"
"Kau berpikir seperti itu karena kau tidak tahu rasanya berteman! Kau tak punya teman dan tak punya satupun orang yang percaya pada-akh!"
Azura tersendat saat tangan besar itu mencengkram kuat lehernya. Matanya terbelalak merasakan tak sedikitpun celah untuk ia menghirup oksigen. Kaki dan tangannya bergerak-gerak mencoba berontak.
"Lancang sekali kau!"
Siswa itu menyentak Azura lalu tangannya berpindah pada kepala gadis itu. Meremas rambut kemerahannya dan menariknya kebelakang hingga kepala gadis yang tengah meraup udara dengan rakus itu mendongak.
Siswa itu tersenyum miring saat melihat kalung yang masih melingkar dileher Azura.
"Kau tak bisa lari, Azura, kau tak bisa kemana-kama saat tubuh dan jiwamu sudah terjual. Kau milik kami sekarang dan jangan mencoba untuk kabur,"
Lelaki itu mendekat, menyeringai. "Atau kau dan keluargamu terbunuh saat itu juga."
Azura menggunakan sihirnya yang tersisa hingga tubuh lelaki itu sedikit goyah ke belakang.
"Kau tak bisa membawa keluarga ku!"
"Lihatlah betapa naifnya dirimu. Setelah dijual oleh keluargamu sendiri demi tahta dan sekarang kau masih mencoba melindungi mereka? Sadarlah Azura Argent, hidupmu hanya untuk barang dan alat balas dendam."
"Kau tahu kenapa saudarimu tak pernah terlibat apapun?" Lelaki itu kembali mendekat. "Karena dia pintar? Hm-hm. Salah besar." Ia menggeleng lalu kembali tertawa.
"Dia hanya penyihir cacat yang bodoh. Jika saja ia tahu tentang dunia kita, shoot! Detik itu juga ia akan mati." Bisiknya lalu tertawa melihat raut wajah Azura.
![](https://img.wattpad.com/cover/251593197-288-k972001.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassiopeia
FantasyFantasy - Immortal Creatures - Young Adult Vernon Auberon harus bertahan dengan prasangka buruk orang lain padanya. Semua itu disebabkan oleh sisi 'Demon'-nya yang jahil dan pembuat masalah di Sharpenes. Kedudukannya sebagai seorang Pangeran Keraja...