46. Living in The Past

1.8K 235 320
                                    

Halloww

Guyssss!! Chapter ini berisi 2232 kata soooo jangan lupa Vote sama Komen yang banyakkk 🥰🤌🏻❤️🙏

Selamat membaca!

***

Hari ini Thunder sengaja meminta izin pihak Sharpenes untuk tak menghadiri kelas. Ada urusan yang selalu ia lakukan setiap tahunnya ditanggal dan bulan yang sama.

Dengan tangan yang memegang segenggam bunga forget me not, Thunder berjalan masuk melewati pagar besi tinggi yang menjadi pintu masuk daerah ini. Laki-laki itu berjalan pelan menyusuri batu-batu dan papan yang tertancap ditanah. Hingga berhenti sebuah batu berbentuk perseri yang disana tertulis nama seseorang.

Claire Genevieve Bernadette.

Dengan pelan Thunder mendudukkan dirinya diatas tanah dan meletakkan bunga cantik itu didepan batu nisan. Mengelus batu yang sedikit ditumbuhi jamur yang sudah mengering lalu tersenyum tipis.

"Selamat ulang tahun, Ibu."

***

Leona mengepalkan tangannya saat bersisihan dengan Aleric dikoridor. Laki-laki itu sama sekali tak meliriknya dan hanya melewatinya begitu saja. Dengan kesal Leona menatap punggung Aleric yang kian menjauh.

"Ck, bodoh,"

Mendengar suara orang didekatnya, Leona menoleh dan menemukan Vernon disana. Bersidekap menatap ia dan Aleric yang sudah menghilang secara bergantian.

"Siapa yang kau katakan bodoh?" Tanya Leona cepat.

Vernon dengan santai menunjuk Leona dengan dagunya. "Tentu saja kau, siapa lagi?" Jawabnya.

Leona memberenggut. "Atas dasar apa kau mengatakan itu?" Tanya gadis itu tak terima.

Vernon menaikkan sebelah alisnya lalu mendekatkan wajah. "Kau yakin ingin menanyakan pertanyaan itu? Apa pendapat seorang Pangeran harus dipertanyakan?"

Leona mengambil satu langkah mundur dan menelan salivanya. Jika aura seperti ini sudah keluar dari tubuh Vernon, orang-orang yang berada dibawah laki-laki itu tak berani berkutik.

"Apa kau sebegitu kurang perhatian?" Suara Vernon lagi-lagi terdengar dan dengan ujung mata, Leona melirik.

"Diberi sedikit saja sudah ingin menyerahkan jiwa dan raga."

"Apa maksudmu?"

Vernon terkekeh ringan lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Merilekskan tubuhnya yang berdiri.

"Kau sangat naif," cibirnya yang lagi-lagi mendapat tatapan tajam dari Leona.

Merasa gadis penyihir ini tak kunjung menangkap maksudnya, Vernon dengan berat hati menjelaskan.

"Kau pikir Aleric menolongmu karena apa?"

Pertanyaan itu membuat Leona diam. Pikirannya berkelana pada kejadian satu tahun lalu. Dimana ia berada dalam keadaan terburuknya saat itu dan tiba-tiba Aleric datang.

"Ia hanya kasihan padamu," Leona kembali tersadar dan memandang Vernon. "Kasihan, Leona, bukan memiliki perasaan. Ya, mungkin dia melakukannya dengan tulus-dan itu termasuk tugas Alpha walau kau bukan anggota Packnya. Tapi tetap saja seorang Alpha pasti memiliki sifat itu.

CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang