5. Her Blood

3.3K 485 36
                                    

halowww chapter 5 meluncurrr

🌒🌒🌒

Lavender mengepakkan sayapnya menuruni tangga menuju lantai dua. Ia barusaja menyelesaikan kelas pertamanya bersama Mr. McGregor.

Seharusnya ia bersama Winter, tetapi gadis itu sudah langsung memulai kelasnya yang lain. Lavender yang mendapat satu jam kosong sebelum kelas selanjutnya dimulai memilih berkunjung ke perpustakaan, ia perlu meminjam beberapa buku pendamping.

Gadis itu tersenyum takjub melihat perpustakaan yang sangat luas dan tinggi itu. Dinding dan rak yang berwarna coklat menambah kesan hangat dan temaram diruangan tersebut. Disetiap meja disediakan lampu membaca dan beberapa meja diletakkan dibalik jendela terbuka yang memancarkan sinar matahari.

 Disetiap meja disediakan lampu membaca dan beberapa meja diletakkan dibalik jendela terbuka yang memancarkan sinar matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam pagi menjelang siang ini perpustakaan tidak begitu ramai. Hanya lima sampai tujuh orang sepertinya yang berada disini.

Lavender berjalan menuju rak buku bertuliskan 'Ramuan'. Mata pelajaran yang paling disukainya karena ia selalu berkeinginan meneruskan pekerjaan Ibunya. Ia suka melihat dan membantu Ibunya meracik ramuan sebagai obat.

Setelah memilih dua buku, Lavender berjalan menuju meja kosong yang berada tepat dibalik jendela yang lumayan besar. Sepertinya membaca diterangi cahaya matahari lebih baik dengan disertai sepoian angin. Sinarnya yang tak terlalu terik membuat suasana terasa sangat pas.

Saat tengah membaca salah satu buku yang dipilihnya, Lavender tersentak terkejut setelah seorang laki-laki dengan sayap terbentang lebar berdiri didepan jendela.

Laki-laki itu tersenyum padanya dan Lavender langsung menyadari bahwa laki-laki ini merupakan laki-laki yang ia temui malam itu sepulang dari toko Bibi Moroe.

"K-kau..."

"Masih mengingatku?" Si lelaki terbang kian mendekat hingga duduk dijendela dan menekuk sayapnya dipunggung.

Lavender melihat pakaian yang dikenakannya dan itu seragam yang sama seperti dirinya. Jangan katakan bahwa laki-laki ini juga bersekolah disini?

"Ba-bagaimana bisa?" Lavender bertanya terbata. Vox tersenyum menyadari arah pandangan mata hazel Lavender menuju seragamnya.

"Ya, aku memang seorang murid disini--ah koreksi, murid lama." Vox tengah menikmati raut wajah kebingungan Lavender yang sangat kentara. Gadis ini tak pandai menyembunyikan ekspresinya.

"Welcome to the Sharpenes, new kid."

Ya, lelaki ini tahu bahwa ia murid baru tapi ia tak tahu apa tujuan lelaki ini menemuinya.

Wajah tampan, tubuh tegap serta sayap hitamnya sangat mencolok. Tapi sedari tadi Lavender sudah menatap sekitarnya dan menemukan fakta bahwa tak seorangpun diruangan ini yang menatap ke arah si lelaki.

Vox yang lagi-lagi menyadari gerak-gerik Lavender menyahut. "Aku sudah memasang mantra," katanya yang bisa langsung dimengerti Lavender.

Lavender kembali memusatkan pandangannya pada Vox. Jadi, jika orang lain melihatnya berbicara seperti tadi mereka hanya tahu bahwa ia berbicara sendiri karena tak bisa melihat wujud Vox.

CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang