Mbak Ratih baru saja menelefon agar aku dan Er datang ke rumah Mama sekalian membawa Soto Sokaraja yang aku buat. Pasti Mas Krisna yang cerita. Mbak Ratih memang suka sekali dengan Soto Sokaraja buatanku. Ah, bukan buatanku tetapi Mbak Sumi. Namun, Mbak Sumi pun dulu yang mengajari aku. Kalau aku tahu dia akan datang ke rumah Mama pasti sudah kutawari dari pagi. Bahkan mungkin porsi yang dimasak Mbak Sumi diperbanyak. Untung tadi jadi sarapan bubur ayam, jadi soto bikinan Mbak Sumi belum berkurang. Paling hanya berkurang dimakan Mbak Sumi.
Aku menyusun mi soun, taoge, daun bawang, seledri, ayam, bawang goreng dan kacang tanah yang sudah ditumbuk halus dalam dua buah rantang stainless. Tidak lupa sambal dan kerupuk aku pisahkan pada toples tersendiri. Kuah soto aku masukkan pada rantang khusus kuah agar tidak tumpah. Sudah siap untuk delivery.
"Bunda! El ikut naik motol!" pekik Er yang langsung berlari mendekatiku ketika aku sedang menata rantang-rantang tersebut di motor. Rantang yang berisi bahan-bahan soto aku masukkan ke bagasi motor. Kerupuk aku letakkan di cantolan motor. Rantang kuah soto aku letakkan di stang motor. Perlu ekstra hati-hati agar tidak jatuh.
"Jangan Er. Er di rumah saja sama Mbak Sumi. Ini Bunda susah bawa motornya, ntar kita jatuh. Nanti Bunda balik lagi jemput Er. Ya ... ya ... anak pinter," bujukku.
Tapi bukan Erlangga anaknya Pak Arjuna namanya kalau tidak ngeyel. Tiba-tiba dia sudah naik dan berdiri di depan motor scoopy-ku. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.
"Bentar, Bunda panggil Mbak Sumi dulu biar ikut. Er turun dulu ya," kataku sambil mengangkat anak itu tetapi ternyata dia sudah pegangan stang motor dengan kencangnya. Kujitak pelan kepalanya. Gemas.
"Oke, diam di sini ya. Jangan gerak-gerak nanti motornya jatuh!' Akhirnya aku mengalah pada anak bayi itu.
Kuambil lagi rantang kuah sotonya dan aku masuk ke dalam rumah memanggil Mbak Sumi. Namun, ternyata Mbak Sumi sedang salat. Karena aku khawatir Er sendirian di atas motor dan aku yakin sotonya juga ditunggu makanya kuputuskan untuk berangkat berdua dengan Er. Mbak Sumi kalau salat biasanya juga lama banget.
Aku buka pintu gerbang dan kukeluarkan motor dengan hati-hati. Setelah itu aku tutup kembali dan bersiap meluncur ke rumah Mama.
"Er, anteng ya. Jangan goyang-goyang," kataku memperingatkan dan dia mengangguk mantap.
Sebetulnya aku agak kesulitan karena tangan kiriku juga memegang rantang. Semoga Mama tidak melihatnya. Kalau melihat bisa diceramahinya aku panjang lebar. Aku dilarang keras membawa Er naik motor. Er hanya boleh ikut naik motor kalau yang mengendarai laki-laki. Padahal tanpa sepengatahuan Mama aku sering membawa Er naik motor hanya sekedar pergi ke danau buatan di belakang komplek atau ke Indomaret di depan komplek.
Lagian rumah Mama cuma berbeda dua blok dari rumahku enggak ada lima menit sudah sampai. Akhirnya setelah berhati-hati dan pelan sekali aku mengendarai motornya sampai juga, tetapi aduuh kok mobil Mama baru masuk sih. Pintu pagar masih terbuka aku langsung masuk saja. Kepalang tanggung semoga Mama mengampuniku.
"Ayah! Eyang!" Tiba-tiba Er berteriak keras sekali begitu melihat Mas Krisna dan Mama keluar dari mobil.
Tentu saja aku kaget karena aku sudah berusaha diam-diam tidak membuat keributan. Syukur-syukur Mama langsung masuk rumah tanpa melihat ke belakang. Namun, karena Er berteriak keras sekali membuat mereka langsung menoleh ke arah kami yang tentu saja membuatku kaget. Selain itu bocah kecil ini malah melepas tangannya dari stang untuk sekedar berdadah-dadah sehingga motor menjadi oleng. Antara memegang Er agar dia tidak jatuh tetapi tangan kiri memegang stang dan rantang kemudian tangan kanan akan mengerem tapi malah menarik gas kemudian aku juga panik mendengar teriakan Mama dan ... bruk ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Tak Mengenal Basa-basi
RomanceKarina 28 tahun, seorang wanita muda, sederhana, single parent, mempunyai putra berusia tiga tahun, Erlangga. Meskipun ditinggal suami untuk selamanya dia berusaha menjalani hidup dengan bahagia. Setelah enam bulan hidup sendiri, tiba-tiba kakak ip...