Bab 35

19.5K 1.5K 32
                                    

Maaf ya, up nya terlambat. Ini adalah bab yang cukup sulit bagiku. Berkali-kali ditulis dan berkali-kali dihapus. Mau menceritakan adegan malam pertama rasanya nggak tega. Hahahaha.... semoga tidak mengecewakan. Tetapi tetap romantis kok. 😁🤭 Selamat membaca 😘😘

Pintu terbuka. Kulihat Erlangga digendong Mas Krisna dengan tangan kiri masuk ke kamar. Terlihat repot sekali karena tangan kanannya juga memegang hanger dengan gaun batik tergantung pada hanger tersebut. Motif batik yang sama dengan kemeja batik yang dipakainya.

Aku berdiri dari dudukku di meja rias dan menyambutnya. Kuambil gaun tersebut. Ini adalah gaunku. Tadi Setelah teman-teman kantorku pulang dia juga pamit ke hotel sebentar mau ganti baju sekalian mengantar Mama dan Papa kembali ke hotel untuk istirahat. Er yang melihat Mas Krisna akan pergi langsung minta ikut.

"Tidur?" tanyaku karena wajah Er menghadap ke belakang. Mas Krisna hanya mengangguk. Aku letakkan gaun tersebut di ujung kepala tempat tidur dan menata bantal agar Er bisa dibaringkan dengan nyaman.

Kuperhatikan Mas Krisna membaringkan Er dengan perlahan. Kemudian menepuk pantatnya sebentar ketika Er tampak menggeliat kurang nyaman. Setelah tenang baru diselimuti dan dicium keningnya. Aku tersenyum. Ayahable banget. Bahkan Mas Juna tidak setelaten itu. Oke, mungkin aku harus berhenti untuk membandingkan keduanya. Tidak adil.

Setelah itu tubuhnya kembali tegak dan langsung berbalik menghadapku. Aku tertangkap basah sedang mengamatinya. Dia mengangkat alisnya pertanda heran.

"Ada apa?"

"Enggak apa-apa. Mas kok bisa telaten sekali ngurus anak kecil?"

Dia tersenyum kecil. "Dulu Gita ketika kecil dekatnya sama aku. Bima juga. Mereka sering dititipkan di rumah. Bahkan ketika Mbak Ratih sekolah S-3 anak-anak di rumah Mama karena Mas Arya tidak sanggup mengurus mereka berdua. Dia juga ketika itu sibuk ambil spesialis."

Aku mengangguk. Dia menarik pinggangku hingga tubuh kami menempel. Dikecupnya ujung kepalaku lembut. Setelah itu dipeluknya tubuhku erat. Aroma maskulinnya membuatku nyaman berada dalam pelukannya.

"Masih banyak tamu di luar. Ganti baju dulu terus keluar," katanya seraya melepaskan pelukannya.

Dia duduk di ranjang dan menatapku yang masih berdiri di tempat tadi.

"Kenapa diam saja? Tidak suka bajunya? Mau pakai baju itu saja?" tanyanya menggoda sambil mengarahkan dagunya ke arah baju tidur yang kupakai. Setelah mandi karena gerah sekali aku memang hanya memakai pakaian seragam kebangsaanku kalau di rumah, baby doll, sambil menunggu baju batik sarimbit yang diambilnya di hotel tempatnya menginap. Dia sudah menyiapkannya dengan baik dari Semarang

"Mas keluar dulu baru aku ganti baju," jawabku.

"Oh, gitu? Aku belum boleh melihat ya?" tanyanya pura-pura lugu.

"Boleh sih, tapi aku enggak tanggung jawab jika kita tidak akan keluar kamar sampai besok pagi."

"Haha ... ada Er juga. Mana mungkin bisa begitu," katanya tertawa.

"Er kan bisa dipinggirin." Aku tersenyum menggodanya.

"Hmm, idemu bagus juga. Tapi, apa kamu bisa anteng, tanpa suara, mendesah?"

"Ih! Apaan juga. Gitu nggak usah dibahas deh."

Aku membalikkan badan, menyembunyikan wajahku yang pasti memerah. Mas Krisna malah tertawa terbahak-bahak. Menyebalkan.

Aku merasakan tangannya melingkar di perutku. Dagunya diletakkan di atas kepalaku. Tangannya kurasakan menyusup masuk ke dalam baju atas baby doll-ku. Kurasakan tangannya semakin naik ke atas. Bulu kudukku meremang. Kutahan tangannya.

Ketika Cinta Tak Mengenal Basa-basiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang