Hallooowww.... masih ada yang inget 2K+Er nggak ya? Moga-moga masih pada inget. Malam ini aku bayar hutangku dengan publish extra part 1. Maaf lamaaa... nulisnya dikit-dikit pas sempat aja. Semoga suka deh. Jangan lupa vote n komennya ya
Happy reading ❤❤❤❤
Kuperhatikan wajahnya yang serius mencoret-coret draf tesisku. Semakin serius semakin menguar feromon yang keluar dari tubuhnya, membuatku senyum-senyum nggak jelas. Hebat sekali ya suamiku ini dipandangi istrinya lebih dari seperempat jam tidak terpengaruh sama sekali. Boro-boro melirikku balik. Dia semakin tenggelam dan semangat mengkoreksi serta mencoret di sana-sini pada setiap kata yang sudah aku susun dengan pengorbanan tetesan darah, keringat dan air mata.
Aku tidak berlebihan kok, karena kecapekan mencari data-data untuk mendukung tesisku aku pernah mengalami pendarahan pada usia kehamilan empat bulan. Aku sudah menangis merasa bersalah, takut kehilangan calon adik Er. Untung saja si baby masih kuat menempel pada rahimku. Semenjak itu Pak Mul, sopir Mama dikirim ke Yogya untuk mengantarku kemanapun aku pergi.
Karena penelitianku memang banyak di lapangan sehingga mobilitasku cukup tinggi. Mas Krisna tidak mau mengambil resiko dan aku harus menurut. Meskipun bagiku dia terlalu berlebihan. Aku yang biasanya sangat mandiri mendadak menjadi tuan putri. Kemana-mana diantar.
Yang lebih merepotkan lagi seminggu dua kali dia pasti ke Yogya. Biasanya hari Rabu dan Jumat. Aku sudah bilang cukup seminggu sekali saja dia datang. Aku juga kasihan padanya. Pasti capek terlalu sering bolak balik Semarang Yogya. Namun dia selalu beralasan kangen Er. Ck. Yang benar saja. Kangen Er apa kangen bundanya. Aku sih senang-senang saja dia sering menemuiku. Tapi kan kasihan juga kalo dia kecapekan. Ya nggak sih?
Seminggu lagi aku ujian tesis. Sungguh aku tidak menyangka pada kunjungan Mas Krisna Jumat sore kemarin, pagi ini malah menyuruhku mempresentasikan tesisku di depannya. Katanya mau melihat sampai dimana persiapanku. Aku tadinya sudah mengelak. Namun entah kenapa auranya tiba-tiba berubah tidak terbantahkan. Itu membuat nyaliku untuk membantah menciut
Jadi setelah sarapan tadi dia langsung mengajakku ke kamar tamu yang biasa aku jadikan kamar belajarku. Dengan percaya diri aku mempresentasikan tesisku. Hasil koreksian pada saat bimbingan terakhir dengan dosen pembimbingku kemarin juga sudah aku revisi. Aku pikir meskipun suamiku dosen, meskipun dia doktor tetapi dunianya adalah desain, rancang bangun, tahu apa dia tentang dunia pertanian.
Aku mengakhiri presentasiku dengan kepala terangkat. Sejatinya aku sudah mempersiapkannya dengan baik.
"Bukan begitu cara meyakinkan penguji agar memahami apa yang kamu sampaikan mengenai penelitianmu, Karin," katanya serius. Kemudian tanpa meminta ijin padaku dia mulai mengoreksi lembar demi lembar draf tesis yang besok Senin akan aku serahkan kepada team penguji untuk bahan ujian hari Jumat minggu depan.
"Mas, itu aku udah buat sampai lembur-lembur lo. Jangan dicoret-coret lagi dong. Besok Senin sudah harus diserahkan kepada team penguji," protesku hendak meraih draf tersebut agar tidak dicoret-coret olehnya.
"Nanti aku yang perbaiki. Nggak banyak juga. Yang penting kamu paham apa maksudku," jawabnya sambil meraih tanganku yang sudah terulur ke arahnya. Dikecupnya jari-jariku, tersenyum sayang padaku. "Duduk saja di situ," imbuhnya seraya mengarahkan dagunya pada kursi di samping aku berdiri.
Siapa yang tidak meleleh diperlakukan begitu. Pun denganku. Aku duduk dengan manis. Kami terpisahkan oleh meja yang tidak begitu lebar.
Dan sudah dua puluh menit dia asyik membaca draf tesis tersebut sambil mencoret sana sini. Mengajariku ini itu. Aku pasrah saja. Kunikmati pemandangan di depanku. Pasti banyak mahasiswanya yang mengagumi wajah gantengnya. Semoga saja dia bukan dosen pembimbing skripsi. Membayangkan si mahasiswa menikmati wajah ganteng suamiku ketika dia mengoreksi skripsi mahasiswanya rasanya aku enggak rela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Tak Mengenal Basa-basi
RomanceKarina 28 tahun, seorang wanita muda, sederhana, single parent, mempunyai putra berusia tiga tahun, Erlangga. Meskipun ditinggal suami untuk selamanya dia berusaha menjalani hidup dengan bahagia. Setelah enam bulan hidup sendiri, tiba-tiba kakak ip...