Bab 11

15.1K 1.4K 18
                                    

Beberapa hari ini aku berusaha menghindari kontak dengan Mas Krisna. Sehabis Maghrib aku selalu di kamar. Jadi ketika Mas Krisna datang aku sengaja tidak keluar untuk menemuinya. Pura-pura sudah tidur.

Aku juga sudah bertekad akan mengambil alih Er agar tidak tidur di rumah Mama. Er selalu menyanggupi dengan antusias kalau aku ajak tidur di rumah saja denganku. Tetapi begitu Mas Krisna datang dan mengajak dia tidur bersamanya di rumah Mama, Er dengan gembira bersedia dan lupa janjinya padaku. Ah, dasar pengkhianat kecil.

Sementara aku biarkan saja dulu, lagi pula aku masih agak kesulitan dengan kondisi tanganku yang digendong. Tetapi sabar, aku bertekad semua penderitaan ini hanya sampai minggu ini. Dokter dulu bilang tanganku harus memakai arm sling paling cepat selama dua minggu dan paling lama satu bulan. Semoga kontrol besok Sabtu hasilnya bagus dan aku bisa bebas dari benda menyebalkan itu.

Setiap pagi aku juga meminta Desy untuk menjemputku ke kantor. Desy selalu berangkat pagi apabila diantar Fahry karena letak kantor kami berlawanan arah dengan kantornya. Alhasil sebelum pukul enam pagi aku sudah meninggalkan rumah dan tidak ada kesempatan Mas Krisna untuk mengantarku ke kantor, karena dia biasanya ke rumahku pukul setengah tujuh.

Kalau Mas Krisna kirim pesan whatsapp aku akan membalasnya satu atau dua jam kemudian dengan alasan sibuk. Atau ketika dia menelefonku tidak aku angkat dan satu jam kemudian aku akan mengirim pesan permohonan maaf tidak bisa menerima telefonnya karena tidak mendengar ada dering telefon. Kalau itu memang aku tidak bohong karena ponsel selalu aku silent

Setelah kejadian di Transmart hari Senin yang lalu aku berusaha untuk berpikir lebih realistis. Aku tidak mau terbuai oleh janji-janji palsu yang disampaikannya beberapa hari sebelumnya. Namun, kalau dipikir kembali mungkin aku yang terlalu percaya diri. Memang janji apa yang diucapkan Mas Krisna padaku? Dia tidak berjanji apa-apa. Dia hanya bilang akan berusaha memenuhi semua kriteriaku agar bisa pantas untukku. Bukankah dia hanya akan berusaha bukan berjanji untuk menjadi pantas bagiku?

Sebetulnya menjadi pantas untukku tidak memerlukan usaha yang keras. Hanya perlu menurunkan level kesempurnaan dia dari sembilan menjadi tujuh.  Tentu saja itu berdasarkan versiku. Level ini bukan hanya dari tampang tetapi juga latar belakang kami. Kalau secara tampang aku juga tidak jelek. Yah, bukannya sombong lho ya. Ehm. Buktinya sekelas Mas Juna yang secara fisik adalah dambaan para wanita saja mau menikahiku. Tetapi karena sekarang latar belakangku adalah seorang ibu yang mempunyai anak masih kecil sehingga harus berpikir seratus kali apabila ada laki-laki yang mencoba mendekatiku.

*****

Pagi ini setelah sarapan aku bersiap untuk kontrol ke rumah sakit. Er belum dipulangkan oleh ayah jadi-jadiannya itu. Hari Sabtu biasanya Mas Krisna ke kantor agak siang. Makanya mengantar Er juga agak siangan. Namun, aku kaget ketika keluar kamar kulihat Mas Krisna sudah duduk di meja makan menikmati kopinya yang masih mengepulkan asap panasnya.

“Sudah datang, Mas? Erlangga mana? Kok tidak dengar suaranya?” tanyaku setelah mendekatinya dan ikut duduk di depannya. Kutoleh kepalaku ke kanan dan ke kiri tetapi tidak kutemukan Er.

“Enggak ikut dia. Sudah bangun sebenarnya tadi. Tetapi ditahan Mbak Ratih. Pagi-pagi Mbak Ratih sudah datang bersama Bima dan Gita. Baru jalan-jalan pagi dan bawa bubur ayam ke rumah. Seperti biasa langsung bikin kehebohan di rumah. Er diganggunya hingga terbangun. Ya udah aku ke sini sendiri.”

“Kalau begitu ngapain Mas ke sini?” tanyaku yang akhirnya aku sesali sendiri. Aku seperti membuka wacana untuk berdebat dengannya. Padahal saat ini hal tersebut adalah sesuatu yang aku hindari.
Tapi sudah terlanjur. Mas Krisna meletakkan cangkir kopinya dan memberikan perhatian penuh padaku.

Memandangku tanpa berkedip. Tangannya diletakkannya di atas meja, bersedekap. Aku betulkan letak kacamataku. Aku seperti terperangkap. Layaknya seorang murid yang ketahuan mencontek waktu ujian.

Ketika Cinta Tak Mengenal Basa-basiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang