Bab 27

14.3K 1.5K 45
                                    

Halooow selamat sore.. update cepet nih. Selamat Membaca...❤❤❤


"Kamu itu dari mana? Jam segini barusan pulang. Dihubungi enggak bisa. Diantar pulang sama siapa?" Pertanyaan yang langsung dilontarkan begitu kami duduk di sofa.

Sepertinya suasana hati Mas Krisna sedang tidak baik. Dia tidak mau duduk di sebelahku, di sofa two seat yang langsung menghadap layar televisi yang entah menampilkan acara apa. Dia memilih duduk di sofa tunggal di samping kiri sofa yang aku duduki.

"Kok tumben menghubungiku, Mas? Aku kira sudah lupa padaku," tanyaku ketus tanpa menjawab pertanyaannya. Aku jadi ikut-ikutan kesal dengan sikapnya.

"Bukannya dulu kita sudah sepakat mau break setengah tahun agar memperoleh restu yang kamu mau. Kamu itu gimana sih?"

"Kalau gitu kenapa Mas Krisna kemari? Ini belum setengah tahun!" Aku kaget sendiri dengan suara kerasku. Begitupun Mas Krisna. Dia menatapku tajam. Aku bergeming tidak mau mengalah.

Setelah diam beberapa saat akhirnya Mas Krisna menghela nafas pasrah.

"Karin, aku capek. Barusan landing dari Jakarta langsung ke sini. Mungkin waktunya kurang tepat. Daripada kita bertengkar aku ke hotel dulu. Besok pagi aku ke Semarang. Kita bicarakan lagi lain waktu. Tinggal satu bulan lagi ujian kita. Ujian dari Mama, sayang kalau harus berantakan dan mulai dari awal. Semoga kamu juga bisa memegang janjimu padaku," katanya datar dan berdiri kemudian mengambil tas ransel yang tergeletak di samping kursinya.

Maksudnya gimana? Dia mau pulang? Hanya begitu saja? Terus aku gimana?

Dia mendekatiku, mengacak rambutku pelan.

"Mandi dulu pakai air hangat terus langsung tidur ya. Aku pergi dulu. Di kunci saja pintunya. Aku pesan taksi dari luar saja." Dia melangkah menuju pintu keluar.

Ada sesuatu yang patah di sudut hatiku. Rasa tidak rela karena ditinggalkan. Rasa kecewa karena diabaikan. Rasa putus asa karena keinginan tidak sesuai dengan harapan. Aku harus bagaimana?

Begitu bunyi handle pintu dibuka aku terkulai lemas tak bersemangat. Badan yang capek karena seharian beraktifitas di luar semakin terasa lunglai. Aku diam sambil memandang televisi yang dari tadi ngomong sendiri. Entah sudah berapa menit aku dalam posisi begini.

Aku teringat pada ponselku yang mati sejak sore tadi. Kuambil sling bag ku yang tergeletak di atas meja dan mengambil ponsel di dalamnya. Aku colokin pada charger yang ada di samping kursi sofa. Setelah beberapa saat aku nyalakan dan buka aplikasi WhatSapp.

Oh gosh, dua puluh panggilan tak terjawab dari Mas Krisna sejak sore tadi. Ada apa? Sejak sore?

Tiba-tiba aku merasa perutku mulas. Aku langsung bergegas berdiri dan ... kulihat Mas Krisna baru saja menutup pintu depan. Syukurlah Tuhan, dia masih di sana.

"Aku tunggu dari tadi kamu tidak menutup pintu. Aku tidak bisa meninggalkanmu dalam posisi rumah tidak terkunci."

Dia menatapku heran. Mengangkat alisnya dan bertanya dalam diam 'ada apa?'

Aku langsung berlari menubruknya. Kusurukkan kepalaku pada dadanya yang bidang. Ada perasaan lega luar biasa menemukan dia belum pergi. Dia masih di sini. Dia masih memperhatikan keselamatanku, masih memikirkanku. Kurasakan kedua tangannya juga memeluk punggungku erat.

"Ada apa?" tanyanya lembut.

Aku melonggarkan pelukanku, begitupun yang dia lakukan. Aku menengadahkan kepalaku, menatapnya dalam perasaan rindu yang takterlukiskan. Lenganku naik ke atas memeluk lehernya. Aku menutup mataku dan sedetik kemudian kurasakan bibirnya menyentuh bibirku lembut. Entah berapa lama posisi kami begitu hingga dia melepaskan bibirnya dariku. Mengusap lembut bibirku. Menghilangkan jejak yang mungkin masih tersisa. Tersenyum dan mengecup ujung kepalaku. Kemudian membimbingku untuk kembali masuk ke ruang keluarga dan kami duduk disana, bersebelahan.

Ketika Cinta Tak Mengenal Basa-basiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang