Bagian 66 : Sejauh Mungkin

14K 814 65
                                    

Selamat Membaca
.O.

BRAK!

"SIALAN ALTHAN!! APA YANG KAMU LAKUKAN!!!" Suara pintu terbuka secara paksa disusul teriakan kemurkaan mengagetkan sepasang insan yang tengah menetralkan napas diatas kasur selepas ciuman panas mereka.

Seseorang menarik paksa tubuh Rembulan yang semula terbaring kini berdiri dengan tidak kokoh.

PLAK! Bersamaan dengan suara itu, wajah Rembulan tertoleh ke kanan. Tangan kirinya bergerak memegang pipi kirinya yang memerah terkena tamparan. Tamparan itu sangat menyakitkan, pipi kirinya benar-benar merah sempurna dengan bekas telapak tangan yang tertinggal, belum lagi rasa sakit yang menjalar setelah mendapat tamparan keras itu.

Jantung Rembulan seakan berhenti berdetak saat merasakan aura buruk yang mengelilinginya, air mata menggenang di pelupuk mata siap mengalir dengan bebas kapan saja.

Sedangkan Althan. Pria itu mendapatkan pukulan pada perut dari ayahnya. Kepalanya terasa berat, pria itu belum sepenuhnya mendapatkan kesadarannya dan masih dalam proses memahami keadaan di sekitarnya. Setelah beberapa saat, kedua kelopak mata Althan terbuka lebar. Dia memandang ke sekeliling dan mendapati kamar dipenuhi oleh orang-orang, selain dia dan Rembulan. Althan panik, dia mencari keberadaan Rembulan dan bernapas lega saat melihat gadis itu berdiri dekat bundanya dengan rambut yang menutupi setengah wajahnya.

"Apa maksud mu Althan. Mengapa kamu bisa bersama gadis lain di atas ranjang?" Jelas sekali terdapat amarah dalam perkataan yang keluar dari mulut Tuan Xavier.

Walaupun sedikit pusing, Althan bangkit dengan ekspresi tenang tak terbaca, seolah-olah semua baik-baik saja. "Seperti yang anda lihat. Seharusnya anda tahu apa yang terjadi." Bukannya berusaha membuat keadaan menjadi lebih tenang, Althan justru mengucapkan serangkaian kata yang mampu membuat orang-orang di sana terkejut sekaligus merasa marah.

Susana bertambah panas, bahkan Rembulan tidak mampu sekadar mengeluarkan suara. Gadis itu hanya menunduk sembari menangis tanpa suara dengan keadaan yang berantakan. Dibalik tangisnya, Rembulan merutuki kebodohannya. Bahkan dia masih tidak percaya jika dia dan Althan nyaris kelewatan, jika saja pintu tidak dibuka paksa.

"Bodoh, bodoh, bodoh!! Apa yang aku lakukan?!!"

"Saya akan bertanggung jawab." Seketika semua orang kembali terkejut. Althan kembali mendapatkan hadiah berupa bogeman mentah pada pipi kanannya.

"BODOH APA YANG KAMU LAKUKAN?!! SEBENTAR LAGI PERNIKAHAN MU DENGAN ELSA!!"

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Semua orang menjerit ketakutan. Nyonya Xavier dan Tuan Xander berusaha menghentikan amukan Tuan Xavier.

"MAS CUKUP!!" teriak Ibunda Althan yang sudah dibanjiri air mata melihat suaminya memukuli putra sulungnya. Wanita paruh baya itu memeluk Althan yang tampak pasrah menerima pukulan dari sang ayah.

"Menjauh darinya, Kira! Anak itu harus dihukum!!"

"Xavier!" tegur Tuan Xander

"Althan tidak bersalah!! A-aku yakin gadis itu yang menggoda Althan. Putra ku tidak akan pernah mau melakukannya dengan gadis itu, dia hanya mencintai Elsa!!"

"Bunda!!" Bibir Althan berdenyut nyeri saat dia berteriak.

Nyonya Xavier menggelengkan kepala. "E-enggak Althan, bunda tahu kamu hanya menjadikan gadis itu sebagai pelayan kamu. Tetapi gadis itu menyukai mu dan dia iri dengan Elsa. Dia ingin mendapatkan harta kamu, gadis itu memiliki hati yang busuk!!!"

Kisah Gadis Cupu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang