Aku melihat pantulan diri mu di cermin. Ketika berbalik, rupanya kau bukan halusinasi ku.
.O.Suasana di ruang tengah sebuah rumah megah tampak ramai dipenuhi oleh canda tawa Anggota Black Rose. Mereka saling berbagi cerita dan juga bercanda satu sama lain. Begitupula dengan Elsa, gadis yang terbilang baru bertemu dengan seluruh Anggota Black Rose itu sudah sangat akur dengan semua orang.
Namun, Althan adalah satu-satunya orang yang tidak berpengaruh oleh mereka. Pria itu bersikap sangat cuek seperti biasanya. Tubuhnya dan jiwanya memang bersama mereka, tetapi fokus pikirannya terletak pada dua orang yang sedang bergandengan tangan.
Rembulan dan Genta.
Althan lumayan mengenal Genta. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Genta dekat dengan seorang wanita. Sebelumnya dia sama seperti dirinya, suka bersikap acuh kepada semua perempuan bahkan Scarlet. Namun, dari sekian banyaknya perempuan mengapa pria itu mendekati miliknya?
"Mereka cocok ya?" Tanpa sadar tangan Althan semakin kuat mencengkram gelas. Dia tidak menanggapi perkataan Elsa, dijustru meneguk minumannya hingga tandas.
Althan meletakkan gelas di tangannya ke meja, lalu dia berdiri. Tingkah Althan itu mengundang perhatian semua orang. Dean bertanya,"Lo mau kemana?"
"Kamar," Althan menjawab singkat. Dia membawa tubuhnya menuju lantai atas. Entah mengapa Althan tidak suka melihat Genta dekat dengan Rembulan.
Gadis itu juga. Padahal sudah dia katakan untuk menjauhi pria itu. Seharusnya dia tahu selama mereka masih terikat kontrak, Rembulan merupakan milik Althan. Itu artinya Althan yang memegang kendali atas Rembulan. Dia tidak suka miliknya diganggu orang lain.
Sementara di sisi lain, Rembulan dan Genta asik berbincang-bincang. Mereka pindah ke bangku taman. Di sana mereka membicarakan banyak hal sampai-sampai mereka larut dalam percakapan.
"Siapa yang paling berharga di hidup, Lo?" Pertanyaan itu Genta berikan kepada Rembulan.
"Nenek! Nenek itu matahari Rembulan." Rembulan menjawab dengan cepat tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Kenapa matahari?"
"Karena, tanpa matahari bulan gak bisa bersinar saat malam hari." Rembulan menjawab tanpa ragu sambil tersenyum.
Mendengar jawaban Rembulan membuat Genta takjub. Dimata Genta, gadis dihadapannya ini memiliki hati sebaik malaikat.
"Kalau Genta?" Giliran Rembulan menanyakan pertanyaan yang sama.
Tidak seperti Rembulan, Genta memilih untuk mengangkat kedua bahunya. Dahi Rembulan berlipat-lipat dia merasa aneh dengan jawaban Genta.
"Mengapa?"
"Orang tua gue kan udah gak ada."
"Rembulan juga sama."
"Gue benci takdir gue," ujar Genta lagi.
Rembulan tersentak. "Menurut aku, kamu itu beruntung loh! Walau orang tua kamu udah gak ada tapi kamu punya banyak teman. Kamu juga masih punya keluarga angkat dan dapat kesempatan mengunjungi makam orang tua kamu. Beda kayak Bulan yang gak tahu siapa orang tua Rembulan."
"Loh! Bukannya lo bilang orang tua Lo udah gak ada?"
Rembulan mengangguk. "Kata nenek."
Genta bungkam, kemudian dia tersenyum. "Tenang aja gue akan jadi teman yang selalu ada disaat lo butuh bantuan."
Rembulan terkekeh. "Kamu udah ngomong tadi."
"Gak papa, anggap aja sebagai bentuk untuk menyakinkan lo. Lo bisa percaya sama gue." ujar Genta sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Gadis Cupu [END]
Teen FictionWarning mengandung genre violence! Rembulan Cahyaningsih namanya, kerap dipanggil Rembulan atau cupu sesuai penampilannya. Tidak secantik bulan, penampilannya begitu sederhana. Kadangkala, Rembulan ingin mengeluh. Namun, dia tidak memiliki tempat u...