Bagian 19 : Hadiah Dari Scarlet

15.1K 922 16
                                    

Selamat 🎉🎉🎉

Vote, komen dan bagikan KGC✨Selamat Membaca🎉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote, komen dan bagikan KGC✨
Selamat Membaca🎉
.O.

Ayo anak-anak! Dua tim mana yang ingin bertanding pertama kali?!” Suara Pak Karya- guru olah raga menggema di Lapangan Basket.

“Tim saya dan Naila, Pak!” Ujar seorang gadis yang tak lain adalah Sella sembari mengangkat tangan kanan. Tim Sella maju dikuti oleh tim Naila.

“Oke. Kita akan mengadakan pertandingan pada jam kedua olahraga. Sekarang kita pemanasan, setelah itu akan saya jelaskan tentang materi bola basket.”

Semua murid XI MIPA 1 mengangguk patuh. Melihat anak didiknya menganggukkan kepala, Pak Karya mulai memimpin pemanasan dengan dibantu oleh ketua kelas.

Selama pemanasan, banyak murid XI MIPA 1 yang mengeluh kepanasan. Hari nyaris siang, tak heran mengapa mereka banyak mengeluh. Keluhan mereka bertambah ketika Pak Karya menyampaikan pidato materi bola basket  sangat lama. Banyak murid perempuan yang mengeluh karena make-up mereka luntur bersamaan dengan keringat.

Setelah melalui ceramah panjang lebar, akhirnya pengambilan nilai dilakukan. Rembulan mendapat giliran ke-8 melewati pemilihan acak maju lapangan.

“Loh Bulan. Pasangan kamu mana?” Pak Karya bertanya karena mendapati Rembulan maju sendiri. Padahal tadi dia menyuruh para muridnya untuk melakukan pengambilan nilai dilakukan bersama pasangan.

“Gak ada pak.” Jawab Rembulan dengan tangan meremas celana olahraganya.

“Sudah dikasih waktu buat nyari pasangan, malah gak mau nyari. Yasudah lakukan tanpa pasangan.”

Rembulan mengambil bola di depan kakinya. DIa melakukan gerakan dasar yaitu dribbling hingga memasukkan bola ke dalam ring dengan teknik yang sebelumnya telah diajarkan. Namun, Rembulan yang memang tidak pandai dalam olahraga justru melakukannya dengan tidak terkontrol. Tawa seluruh murid XI MIPA 1 pecah tatkala bola yang seharusnya dia masukkan kedalam ring, justru menimpa kepalanya.

"Perhatikan ketika saya mengajar, jangan hanya melamun. Selanjutnya!" Rembulan kembali ke pinggir lapangan dengan rasa malu dan kepala pening.

Dalam semua bidang olahraga yang ada di Exfard High School, olahraga bola basket dan kebugaran jasmani adaah yang paling sulit bagi Rembulan.

Tubuhnya yang lebih besar dari pada teman-temannya membuat Rembulan cepat merasa gerah dan kesusahan. Dia terkadang merasa tersinggung jika orang lain berbicara mengenai berat badan. Body shaming adalah salah satu perbuatan yang kerap dia terima disini, padahal berat badan Rembulan tidak seberat itu, hanya saja mungkin dibanding dengan mereka dia tampak buruk.

Rembulan mengelap peluh di wajahnya dengan punggung tangan, pandangannya beralih pada lapangan.

Akhirnya setelah semua murid mendapatkan nilai dari praktik bola basket, bel pergantian jam pelajaran berdering. Pertandingan bola basket yang ditunggu-tunggu segera dimulai.

Para pemain dari kedua kubu bersiap di lapangan. Rembulan mengambil tempat duduk di tempat yang sejuk dan dekat tiang penyangga bangunan. Dia hanya menyaksikan tanpa bermain.

Tim Sella menjadi tim pertama yang memulai permainan ketika peluit ditiup. Tubuh ramping mereka dengan gesit menghindari lawan dan berusaha merebut bola. Sella dan Naila sebagai ketua tim pun bermain sangat serius walau ini bukan pertandingan resmi.

Sorak-sorai murid XI MIPA 1 kecuali Rembulan terdengar tatkala Sella berhasil mencetak poin pertama bagi kedua tim. Para penggemar gadis itu terutama kaum adam tak kalah heboh.

Sella adalah satu dari ribuan manusia yang menyandang gelar girlfriend material, jadi tidak heran bila dia termasuk salah satu siswi popular Exfard High School. Sering kali Rembulan merasa iri dengan teman kelasnya yang satu itu.

Lanjut, permainan berlangsung hingga waktu habis. Pertandingan bola basket ini dimenangkan oleh kedua kubu, dengan kata lain seri dengan perolehan poin 14-14.

Walaupun begitu kedua tim saling bersalaman dan Naila mengajak Sella untuk bertanding lagi pada lain kesempatan. Kedua tim itu berjalan menuju sisi lapangan. Namun, Sella menghentikan sebentar niatnya untuk duduk ketika mata indahnya menangkap keberadaan Rembulan.

Gadis itu tersenyum manis ditengah peluh yang menetes, “Cupu! Beliin gue minuman dong, nih duitnya.” Titahnya kemudian dengan melempar uang dua ribuan.

“Gue sekalian dong! Es Milo,” ujar yang lain mengikuti jejak Sella.

Kemudian, yang terjadi selanjutnya adalah Rembulan berjalan menuju kantin dengan membawa berbagai pesanan dari teman-temannya.

Dia membeli berbagai macam minuman di kantin sesuai pesanan. Variasinya pun bermacam-macam, tetapi dominan minuman dingin.

Rembulan dengan kedua tangan yang penuh minuman lantas pergi meninggalkan kantin. Akan tetapi ketika mencapai pintu keluar, seseorang memanggil namanya.
Rembulan berbalik.

“Kak, aku boleh minta tolong gak?”
Rembulan terlihat bingung ia bertanya, “Minta tolong apa?”

“Tadi kan aku mesan es jeruk, tapi adanya es jeruk nipis. Nah, karena Mbok Nar bilang kalau es jeruk udah kakak beli aku pengen kita tukaran. Pliss kak, aku gak suka es jeruk nipis.”

“Tapi ini bukan punya aku dek.” Rembulan iba dengan adik kelasnya itu. Namun minuman ini bukan miliknya tetapi Sella.

Gadis itu menampakan ekspresi memelas bak anak anjing, dengan bola mata yang membesar sehingga membuat Rembulan semakin tak tega, “pliss kak. Kakak kan lagi olahraga. Kata mamaku, minuman es jeruk nipis lebih baik bagi tubuh. Ayolah, teman kakak itu pasti suka.”

Rembulan mengalami dilema, tetapi akhirnya dia memutuskan untuk menukarkan minuman Sella dengan milik gadis itu.

“Nih.”

Gadis berkucir dua itu tampak senang. Dia melompat sedikit ke udara dan mengucapkan terimakasih pada Rembulan. Setelah menukarkan es miliknya, gadis itu pergi meninggalkan kantin.

Senyum gadis itu menular pada Rembukan. Dia merasakan perasaan bahagia disamping kekhawatiran. Karena, ini adalah kali pertama seorang murid Exfard High School yang mengucapkan terimakasih padanya.

'w.W.w'

Sementara di balik dinding, seorang perempuan tersenyum senang. Gadis itu adalah Scarlet. Dia tidak sendiri, ada seorang temannya yang sedang memberikan dua lembar uang merah kepada gadis berkucir dua tadi.

“Kerja lu bagus. Dah sono!"

“Makasih, kak.” Gadis kucir dua itu langsung lari dengan gembira menuju kelasnya. Dia tidak peduli dengan akibat dari perbuatannya, yang terpenting dia punya uang untuk sebagai tambahan jajan

“Kuy cabut. Gue pengen ngintip nasib tu cupu.”

“Hahaha, dia bakal habis di Sella.”

Scarlet menyahut, “Hadiah kita gak boleh sia-sia gitu aja.”

Tepat sekali saat mereka sampai di tempat melihat pertunjukan, Sella menyiram tubuh Rembulan dengan minuman yang tadi ia titipkan pada gadis itu.

Sebenarnya, minuman itu terbuat dari bekas cucian piring. Ide jahilnya itu muncul ketika Scarlet dan temannya tak sengaja mendengar permintaan Sella dan beberapa siswi lain pada Rembulan ketika hendak ke toilet.

Tidak berhenti sampai disini, sesungguhnya Scarlet masih memiliki banyak hadiah untuk gadis cupu itu. Dia melakukan, karena dia sangat tidak suka dengan Rembulan. Scarlet ingin gadis itu keluar dari Exfard dengan cara yang tidak terhormat.

Salah satu sudut bibir Scarlet tertarik ke atas. “Cabut," ujarnya untuk kembali ke kelas setelah puas menonton.







To be continued...

Selasa, 29 September 2020

Kisah Gadis Cupu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang