-Selamat Membaca-
.o.Dilain tempat. Lebih tepatnya di gudang belakang sekolah yang berdebu, pengap dan minim cahaya berdiri sepasang manusia yang tengah saling menatap dalam diam. Tidak ada satu pun diantara mereka berdua yang membuka suara setelah perdebatan singkat di lorong sekolah.
Sang gadis mengembuskan napas, dia mengalah untuk bertanya agar dia dapat segera menghirup udara segar diluar sana. "Kenapa?"
Pria dihadapannya yang seharusnya menjelaskan perihal alasannya membawa mereka kemari hanya menatap Rembulan seakan ingin makan. Buluk kuduk Rembulan diam-diam berdiri.
Pria dihadapannya itu berdeham. "Gue punya tugas buat Lo."
"Apa?"
"Sepulang sekolah pergi ke alamat ini." Althan menyerahkan lipatan kertas yang terdapat tulisan dengan tinta hitam didalam.
Rembulan menerima lipatan kertas itu sambil menggit bibir bawahnya, "tapi, Rembulan harus kerja."
"Perjanjian tetap perjanjian dan gue gak butuh penolakan. Terlambat ada hukuman." Setelah mengatakan kalimat penegasan, pria itu berbalik pergi keluar gudang terlebih dahulu.
Rembulan meremas kertas di genggamannya, dia menatap punggung tegap pria itu yang perlahan menjauh. Lagi-lagi jantungnya berdetak dengan cepat.
Huft!
Rembulan mengembuskan napas gusar, dia menyimpan kertas itu ke saku roknya lalu menyusul pria tadi meninggalkan gudang. Rembulan sudah tahu siapa nama pria itu dan dia akan mulai menyelidiki pria berkacamata yang bernama Althan itu.
Sepanjang melangkah Rembulan senantiasa menundukkan kepala dengan kedua tangan mengepal atau meremas rok. Dia melewati satu-persatu warga Exfard yang ada di jalannya. Secara jelas, gadis itu dapat mendengar orang-orang mencaci makinya. Fisiknya tidak terluka, tetapi mulut tajam mereka menembus hingga ke hati Rembulan. Setiap kali kalimat-kalimat hinaan itu terdengar olehnya, hati Rembulan akan mengeluarkan darah. Parahnya tergantung seberapa banyak dan besar ejekan yang dia Terima.
Sesampainya dia dikelas, Rembulan memposisikan diri untuk membaca buku sejarah. Setidaknya dengan membaca buku dia dapat mengalihkan pikiran selain untum menambah ilmu pengetahuan.
W.o.W
Tidak terasa waktu berjalan cepat bagi Rembulan. Yang awalnya duduk membaca buku hingga jam pelajaran berganti, lalu bel pulang berbunyi. Sesuai aba-aba dari guru yang mengampu mata pelajaran jam terakhir, dia beres-beres. Syukurlah hari ini guru tidak memberikan dia PR. Namun, walaupun tidak ada PR, Rembulan akan tetap sibuk sebab ada beberapa hal yang harus dia kerjakan segera.
Begitu keluar kelas, Rembulan berlari kecil hingga di Warung Bu Inem tempat sepeda kesayangannya berada. Pertama sebelum pergi, Rembulan menerima setoran dari hasil jajanan pasar yang terjual di Warung Bu Inem. Sejak kelas 10, dia dan neneknya membuat jajanan pasar kemudian disetorkan ke warung-warung yang mereka kenal. Salah satunya adalah Warung Bu Inem.
"Ini tiga puluh lima ribu ya, lan."
Rembulan menerima uang dari Bi Inem, dia berucap syukur. "Alhamdulillah terima kasih, bi."
"Iya, hati-hati dijalan."
Rembulan tersenyum dia menyanggupi himbauan dari Bi Inem. Rembulan menyingkirkan kardus dan dedaunan yang menutupi sepedanya, lalu dia kayuh sepeda kesayangannya menyusuri tepi jalanan Kota Jakarta.
Semilir angin berhembus dari arah berlawanan dengan arah Rembulan mengayuh sepedanya. Rambut-rambutnya terbang tak sampai terbawa angin. Walaupun siang hari ini tampak terik, tetapi dengan adanya semilir angin yang menerpa sedikit mengurangi hawa panas yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Gadis Cupu [END]
Novela JuvenilWarning mengandung genre violence! Rembulan Cahyaningsih namanya, kerap dipanggil Rembulan atau cupu sesuai penampilannya. Tidak secantik bulan, penampilannya begitu sederhana. Kadangkala, Rembulan ingin mengeluh. Namun, dia tidak memiliki tempat u...