Bagian 6 : Malam Bertabur Bintang

24.6K 1.4K 18
                                    

Don't forget to vote, comment, & share this story.
Tolong jangan plagiat cerita ini.
.O.

Rembulan melepas penat dengan cara duduk dilantai sembari bersandar pada ranjang dengan sebuah buku sejarah di pangkuannya. Memang aneh, jika biasanya orang-orang melepas penat dengan cara tidur, Rembulan justru membaca buku.

Karena, buku bagi Rembulan adalah teman ketiganya selain Nenek Samatha dan langit malam. Dengan membaca buku, jiwa penasarannya seakan ditarik keluar. Dia penasaran dengan sejarah kelam, lalu bagaimana cara dapat keluar dari kekelaman itu?

Dia bertanya-tanya, apakah hidupnya akan seperti sejarah Indonesia. Yang awalnya dijajah menjadi bebas? Sepertinya tidak, sebab kebebasan bukanlah arti sesungguhnya. Indonesia memang merdeka, namun mereka tidak sepenuhnya bebas dari pengaruh dan perubahan dunia.

Rembulan menghela napas untuk kesekian kalinya, setiap berpindah dari halaman satu ke halaman lainnya.

Dia menutup buku, lalu menuju jendela kamar. Seketika seulas senyuman indah terbit di wajah Rembulan, kedua kelopak matanya agak menyipit menatap langit malam bertabur bintang.

Melihat begitu indahnya langit malam yang dihiasi benda-benda langit membuat hati Rembulan menghangat sekaligus terharu. Lagi-lagi dia berpikir, kapan dia mendapatkan teman sejati?

Kapan dia menjadi cantik seperti Bulan? Dan kapan dia mendapatkan pujian seperti mereka?

Tidak tahu.

Rembulan berharap, keajaiban suatu hari datang padanya.

Rembulan mengulurkan tangannya ke udara, dia berharap dapat mengambil bintang-bintang diatas sana untuk dijadikan teman-temannya.

Lihatlah betapa indahnya mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lihatlah betapa indahnya mereka. Rembulan seakan merasa tubuhnya menari-nari dibawah lampu disko.

Drttt...

Rembulan menoleh sumber suara berasal, dia bergerak mendekati meja belajar dan mengambil sebuah benda kecil yang biasanya digunakan untuk berkomunikasi. Dia menekan salah satu dari banyaknya tombol, kemudian disusul suara nyaring seorang perempuan penuh amarah.

"LAMA BANGET SIH!" Teriak orang itu dari sebrang sana, membuat Rembulan menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Maaf, kak."

"Maaf-maaf, ngapa sih Lo kagak ganti hp aja! Habis pulsa gue buat telepon Lo!"

Ya gak usah nelepon-batin Rembulan hanya dalam hati, tak berani secara langsung.

"Maaf." Ujarnya meminta maaf lagi.

Orang di sebrang sana mengembuskan napas jengah, dia berucap, "besok gue punya tugas buat, lo. Sepulang sekolah, datang ke kelas."

"Iya."

Tut-

Sambungan panggilan terputus, hanya kata-kata tadi yang sering keluar dari mulutnya ketika bertemu orang lain. Seperti : Ya, maaf, baiklah, mengerti dan kata-kata sejenis itu. Rembulan tidak bisa berbuat apa-apa, sebab dia tidak memiliki teman yang mau membantunya.

Kisah Gadis Cupu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang