Selamat Membaca
.O."Althan, maaf."
"Bunda minta maaf, nak. Hiks...." Pelukan Althan dan Rembulan terlepas. Althan memeluk bundanya. "Bunda, jangan nangis."
"Bunda salah Althan. Bunda terlalu memaksa kamu untuk menikah dengan Elsa. Maaf," ujar Nyonya Xavier di dalam pelukan putranya.
"Althan maafin, bunda. Althan juga minta maaf sudah mengecewakan bunda."
Nyonya Xavier mendorong dada bidang Althan. Beliau menggeleng, kemudian berucap, "kamu gak salah. Kamu melakukan hal yang benar. Bunda dibutakan oleh sikap egois dan dendam. Benar kata kamu, itu hanya masa lalu. Lagipula bunda sudah bahagia dengan ayah kamu, bunda ... bunda merestui kalian."
Althan terkejut, dia langsung memeluk bundanya erat. "Makasih, bun. Rembulan gadis yang baik, pasti bunda akan suka."
Nyonya Xavier tertawa kecil, dia mengelus punggung Althan. Pandangan wanita paruh baya itu mengarah ke Rembulan, dia memberikan sebuah senyuman. Rembulan tertegun, kemudian dia balas senyuman itu dengan senyuman.
Sementara itu Tuan Xander berjalan menuju Rembulan. Pergerakan Tuan Xander tentu saja membuat orang-orang waspada, tetapi kemudian kewaspadaan mereka berubah menjadi keterkejutan. Sebab, ayah dari Althan itu tiba-tiba bersujud.
"Saya berdosa. Maaf kan saya, nak. Orang tua kamu, kecelakaan Edwin dan Rea, itu salah saya. Saya mohon maaf, nak."
Rembulan sudah tahu. Walaupun gadis itu marah dan kecewa, tetapi Rembulan bukanlah orang yang tega melihat orang tua bersujud di bawahnya. Rembulan memegang pundak Tuan Xavier, dia meminta ayah mertuanya berdiri. "Om, Rembulan memang marah dan kecewa. Tetapi, kematian orang tua Rembulan juga karena takdir Tuhan. Karena kejadian itu juga Rembulan bisa bertemu dengan Almarhum Nenek Samatha, Rembulan maafin om."
Tuan Xavier tertegun melihat senyuman tulus Rembulan. Padahal dia telah melakukan kejahatan yang merenggut nyawa orang tua gadis ini. Akan tetapi, Rembulan menyambut nya dengan senyuman tulus.
Gadis ini...
Tuan Xavier membawa Rembulan ke dalam pelukan. Rembulan terkejut, kemudian gadis itu memeluk Tuan Xavier. Semua orang yang melihat itu tersenyum haru.
"Saya akan bertanggung jawab, saya bersedia dipenjara." Xavier berkata dengan yakin. Bagaimana pun dia harus mendapat hukuman agar hatinya sedikit tenang.
Mendengar itu mereka terkejut. Akan tetapi Althan tidak menghentikannya, sebab ayahnya itu memang harus mendapat hukuman.
Kepala Rembulan menggeleng. "Om gak! Bulan gak berniat balas dendam, om gak perlu masuk penjara."
Tuan Xavier mengelus kepala Rembulan. "Walaupun begitu saya telah bersalah. Setidaknya saya harus mendapatkan hukuman."
Rembukan menatap ayah mertuanya sendu. "Tuhan sudah memberikan hukuman. Rembulan tahu, selama ini om merasa gak tenang dan merasa bersalah. Jadi, om gak perlu ngelakuin itu sebab Tuhan sudah kasih hukuman," ujar Rembulan diikuti senyuman.
Tidak hanya Tuan Xavier, para hadirin pun terkejut. Beberapa dari mereka ada yang menangis harus seperti nyonya Xavier. Sekali lagi Tuan Xavier memeluk Rembulan, "panggil saya papa nak, kamu menantu saya."
Rembulan menitikkan air mata dan membalas pelukan Tuan Xavier. "Baik, pa."
Althan senang keluarganya mau menerima Rembulan. Padahal dia khawatir mereka tetap menentang pernikahan ini, terutama ayahnya. Akan tetapi, ada perasaan tidak suka melihat Rembulan berpelukan dengan pria lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Gadis Cupu [END]
Teen FictionWarning mengandung genre violence! Rembulan Cahyaningsih namanya, kerap dipanggil Rembulan atau cupu sesuai penampilannya. Tidak secantik bulan, penampilannya begitu sederhana. Kadangkala, Rembulan ingin mengeluh. Namun, dia tidak memiliki tempat u...