Selamat Membaca 🎉
.O.Rembulan dan Nisa kini sedang berada di salah satu mall di Jakarta sembari mengisi waku luang pada hari libur. Awalnya Rembulan menolak, lantaran dia lebih nyaman bergulat dengan buku-bukunya. Akan tetapi, bukan Nisa jika tidak mampu membujuk Rembulan. Menggunakan jurus andalannya, dia berhasil membawa Rembulan keluar rumah.
Rembulan bahkan terkejut tatkala melihat keberadaan Nisa di ruang tamu sedang duduk bersama kedua orang tua angkatnya. Entah cara apa yang dipakai Nisa sehingga bisa dekat dengan kedua orang tua angkatnya.
"Memangnya kamu gak pusing belajar terus?" celetuk Nisa yang direspon gelengan kepala oleh Rembulan.
"Ck! Padahal kalau aku baru sebentar lihat buku udah ngerasa pusing. Mata ku tiba-tiba blur."
Rembulan mengukir senyuman, "mungkin kamu belum terbiasa."
"Kamu benar! Orang peringkat bawah kayak aku gak bisa jadi kamu."
Rembulan tak suka mendengar perkataan Nisa, dia menggeleng. "Gak kok! Kamu bisa kalau kamu mau."
"Masalahnya aku gak mau."
Huft! Rembulan mengembuskan napas pasrah. Dia geleng-geleng sambil tersenyum memaklumi tingkah teman dekatnya itu.
"Rembulan, kamu lapar gak?"
"Enggak. Nisa lapar? Kalau Nisa lapar mending makan dulu."
Nisa menggeleng. "Gak sih. Kita ke sana aja yuk!"
Rembulan menuruti ajakan Nisa. Mereka pun memasuki wilayah yang Nisa tunjuk dengan jarinya. Rembulan merasa sedikit kagum, walaupun ini bukan kali pertama dia pergi ke mall, tetap saja Rembulan masih belum terbiasa. Bersama Nisa, dia berkeliling melihat-lihat barang.
"Bulan kamu mau gak?" Nisa memperlihatkan salah satu merek makanan.
"Kalau Nisa mau, beli aja."
"Yaelah! Aku kan tanya kamu." Nisa cemberut, sedangkan Rembulan meringis lalu meminta maaf. Kemudian kedua sahabat itu lanjut berkeliling, sesekali mereka memasukkan beberapa barang yang menarik ke keranjang.
Rembulan dan Nisa menghabiskan waktu sekitar 2 jam untuk berkeliling sekaligus berbelanja. Selanjutnya setelah puas mereka mampir ke salah satu restauran yang ada di mall.
"Huh, capek banget!" Nisa mengeluh begitu mendaratkan pantatnya di kursi.
"Kita udah 2 jam jalan terus."
"Tangan ku juga capek. Ternyata kita beli banyak barang ya."
"Rembulan sedikit," ujar Rembulan sebab dia lebih sering melihat-lihat dan hanya memberi satu baju dan beberapa skincare. Itu pun atas paksaan Nisa.
Nisa memutar bola matanya. "Iya aku yang kebanyakan belanja! Ke mall tanpa membeli sesuatu itu tanyanya gak mantap!"
Rembulan terkekeh menanggapi perkataan Nisa.
"Btw, gak terasa kita mau naik kelas dua belas."
Mendengar perkataan Nisa membuat Rembulan terdiam. Dia termenung akan sesuatu. Tak terasa sebentar lagi dia akan naik kelas, itu artinya sebentar lagi perjanjiannya dengan Althan juga berakhir. Kurang dari dua bulan, setelah itu mereka akan bersikap seperti sediakala. Seperti orang asing yang tak saling mengenal.
Dada Rembulan terasa sedikit sesak, dia merasa sedih saat kata perpisahan itu kembali hadir. Dulu, dia merasa bertemu pria berkacamata itu adalah sebuah kutukan yang selalu ingin dia jauhi. Namun, kini dia merasa berat untuk mengakhirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Gadis Cupu [END]
Novela JuvenilWarning mengandung genre violence! Rembulan Cahyaningsih namanya, kerap dipanggil Rembulan atau cupu sesuai penampilannya. Tidak secantik bulan, penampilannya begitu sederhana. Kadangkala, Rembulan ingin mengeluh. Namun, dia tidak memiliki tempat u...