I'm Come Back!! Selamat Membaca 💜
.O.Mobil yang diisi oleh Althan dan Rembulan tiba di suatu tempat entah dimana. Dengan pencahayaan yang minim Rembulan tidak dapat melihat dengan jelas pemandangan sekitarnya.
"Kak ini dimana?" Rembulan pun bertanya.
Akan tetapi bukannya menjawab, Althan justru menyuruh Rembulan untuk keluar dari mobil. "Keluar."
"K-kak." Pemikiran buruk tak dapat dicegah menyelusup ke otaknya, kemungkinan terburuk Althan berniat meninggalkannya di sini.
Namun, pemikiran itu terbantahkan saat dia melihat Althan juga keluar dari mobil. Pria itu memutar mobil dan membuka kan pintu untuk Rembulan, saat melihat gadis itu tak kunjung keluar.
"Makasih, kak."
"Hmm."
Angin malam menerpa kulit Rembulan yang tidak tertutupi kain, gadis itu dengan cepat memeluk diri sendiri. Rembulan tersentak saat sebuah benda menyentuh permukaan kulit bahunya, dia sedikit menoleh ke belakang. Rona kemerahan timbul di pipi Rembulan tatkala melihat Althan menyampirkan jaketnya ke pundak yang kedinginan. Berkat Althan, rasa dingin yang ia rasakan sedikit teratasi.
Rembulan menatap bangunan dihadapannya dengan perasaan mengganjal. Batinnya bertanya-tanya untuk apa Althan membawanya kemari. Seperkian detik kemudian Althan menggenggam tangan Rembulan membuat sang empu tersentak. Althan dan Rembulan memasuki gedung dengan tangan saling terhubung.
Mereka memasuki lift dan Althan menekan tombol paling atas. Diam-diam Rembulan melirik tangannya dan Althan yang saling bergandengan. Pria berkacamata itu tidak melepaskan tangannya bahkan ketika di dalam lift. Darah Rembulan seakan menjalar memenuhi wajahnya menciptakan rona merah, lift seakan dipenuhi oleh bunga-bunga.
Begitu pintu lift terbuka, Althan kembali menariknya. Saat menghadap ke depan, gadis itu dibuat terperangah. Begitu memukau dan memanjakan mata. Cekalan Althan pada tangan Rembulan terlepas, dia membiarkan gadis itu berjalan mendekati kaca untuk menikmati pemandangan lebih dekat.
Rembulan menatap takjub hamparan lampu warna-wani dari gedung bertingkat ini. Kedua kelopak matanya mengerjap lucu dan bibirnya buka tutup seperti ikan. Dia baru tahu jika ada tempat seperti ini ditengah kota.
Lampu-lampu yang biasanya hanya dapat ia lihat dari permukaan, kini jauh lebih indah dilihat dari atas. Rembulan menatap Althan ketika merasakan usapan pada rambutnya.
“Suka?”
“Suka banget.”
“Bagus deh.” Althan mengikuti arah pandang Rembulan.
Rembulan meletakkan jari telunjuknya pada dagu, “Kok kita bisa masuk kesini? Dilihat ini bukan tempat umum.”
“Karena gue yang punya?” jawabnya tetapi lebih terdengar seperti pertanyaan.
“Hah?”
Althan tersenyum, “lo tolol juga ya. Gedung ini adalah perusahaan Xavier group. Gue punya hak buat keluar—masuk sesuka gue.”
“Oh.”
“Oh?” Salah satu alis Althan terangkat.
Rembulan memandang Althan bingung, namun Althan tak berkata lagi. Kedua nya sama-sama menatap pemandangan di depan mata. Rembulan tersenyum, jika neneknya ada disini pasti beliau suka.
Rembulan mengeluarkan ponselnya ia membuka apilikasi kamera.“Aku boleh foto kan?”
“Hmm.” Althan mengangguk sambil bergumam.
Rembulan tersenyum senang. ia mengarahkan kamera ponselnya ke depan, dan memfokuskan fotonya. Selesai, Rembulan meneliti hasil jepretannya. Lengkungan ke atas terbit di bibir gadis itu dengan mata memancarkan binar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Gadis Cupu [END]
Novela JuvenilWarning mengandung genre violence! Rembulan Cahyaningsih namanya, kerap dipanggil Rembulan atau cupu sesuai penampilannya. Tidak secantik bulan, penampilannya begitu sederhana. Kadangkala, Rembulan ingin mengeluh. Namun, dia tidak memiliki tempat u...