Althan dan Rembulan kini telah berada di dalam mobil. Althan berdecak jengkel melihat kondisi Rembulan yang masih mabuk. Pengaruh minuman itu benar-benar kuat. Tentu saja! Bagi orang awam seperti Rembulan minuman dengan kadar alkohol rendah pun memabukkan.
Althan membenahi posisi duduk Rembulan. Jika tidak dibenahi, gadis itu bisa mengalami sakit pinggang.
"Kak Al-than...." Rembulan berkata lirih. Kedua tangannya dengan manja melingkari leher Althan.
Althan tentu saja sedikit terkejut, dia berdeham. "Gue tahu Lo udah gak semabuk tadi."
"Pusing." Rembulan tidak berbohong, kepalanya benar-benar pusing. Tidak hanya itu perutnya terasa sangat tidak nyaman.
"Makannya jangan sembarangan." Rembulan hanya mengangguk lemah. Althan berdecak, dia bersiap menghidupkan mesin mobil. Tetapi, perkataan frontal Rembulan membuat Althan mengurungkan niatnya.
"Kak, bibir Rembulan sakit. Hiks..."
"Ciuman pertama Bulan diambil kakek tua! Hiks...hiks...." lanjutnya.
Althan melotot, untuk pertama kalinya dia dibuat bingung oleh perempuan lain selain ibunya yang super ribet.
"Terus gue harus apa?" Althan justru bertanya.
Bibir Rembulan cemberut, membuat tingkahnya tampak imut dimata Althan. Akan tetapi buru-buru Althan tepis ungkapan imut untuk Rembulan. Kata 'merepotkan' lebih cocok dengan Gadis dihadapannya ini.
Wajah Rembulan maju. Jarak antara wajah Rembulan dan Althan benar-benar tipis. Kedua alis Althan bertautan, dia merasa bingung. Gadis itu berkata, "kak bibir Rembulan masih bagus gak? Tadi Kakek tua itu gigit bibir Rembulan."
Sungguh ngawur sekali! Ucapan Rembulan membuat Althan tak bisa berkata-kata lagi. Dia mengembuskan napas, lalu dalam sekali tarikan bibir Althan dan Rembulan bertemu. Rembulan terkejut dia sempat mundur tetapi tengkuknya ditahan oleh Althan.
Ciuman mereka semakin dalam. Rembulan bahkan kewalahan, tubuhnya terhimpit diantara badan mobil dan tubuh Althan. Gadis itu tidak membalas ciuman Althan, dia hanya diam dalam keadaan terkejut.
Tautan bibir mereka terlepas, dalam kegelapan wajah Rembulan merona malu. "Kak."
Althan memundurkan tubuhnya. "Udah, bekas kakek tua itu udah hilang."
Memang hilang, tetapi digantikan oleh bekas baru milik pria itu.
Rembulan terdiam, otaknya memproses apa yang baru saja terjadi dengan lambat. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Althan menyalakan mesin mobilnya dan menginjak gas. Dia mengantarkan Rembulan hingga tiba di rumah.
Rembulan menatap Althan, dia menjerit dalam hati. Apakah dia tidak tahu apa yang sudah dia lakukan?! Mabuk Rembulan seakan menguap, tergantikan oleh rasa frustrasi yang mendera kepalanya.
W.o.W
Keesokan paginya, Kota Jakarta tampak basah dan lembab. Tepat tengah malam, hujan deras mengguyur sebagian wilayah Kota Jakarta. Rembulan pagi itu bangun dalam keadaan benar-benar berantakan. Tubuhnya bau alkohol dan perutnya bergejolak memuntahkan cairan bening di kamar mandi.
Rasa sakit mendera kepalanya sehingga membuat Rembulan harus bersandar pada tembok agar tubuhnya tidak menghantam lantai dengan cara yang menyakitkan. Pagi hari ini Rembulan benar-benar merasa kacau.
Rembulan memutuskan untuk mandi, mungkin dengan mandi pusing dan bau tubuhnya akan hilang.
Usai mandi Rembulan bersiap-siap berangkat sekolah. Dia tidak menemukan keberadaan Nenek Samatha di rumah. Mungkin pergi kerja, pikir gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Gadis Cupu [END]
Ficção AdolescenteWarning mengandung genre violence! Rembulan Cahyaningsih namanya, kerap dipanggil Rembulan atau cupu sesuai penampilannya. Tidak secantik bulan, penampilannya begitu sederhana. Kadangkala, Rembulan ingin mengeluh. Namun, dia tidak memiliki tempat u...