Vote & Comment
.O.Di sebuah salah satu cafe anak muda yang terkenal di Jakarta, Rembulan dan seragam pelayannya tengah mengelap meja yang sehabis digunakan agar orang yang akan menggunakan meja ini selanjutnya merasa nyaman.
Setelah dirasa bersih, Rembulan kembali ke dapur untuk melanjutkan tugasnya yaitu mencuci piring-piring dan gelas-gelas kotor. Rembulan menggulung lengan baju panjangnya hingga sebatas siku dan rambutnya yang berantakan dia rapikan agar tidak mengganggu saat mencuci.
Satu-persatu Rembulan cuci dengan penuh kehati - hatian. Sebab, Jika dia ceroboh benda-benda yang terbuat dari kaca ini ada bisa pecah dan dia akan diminta ganti rugi.
Uang darimana? Membeli bahan pokok untuk sehari-hari saja dia serba kekurangan.
Karena itulah Rembulan diam-diam melakukan kerja part time untuk membantu neneknya mencari uang. Dia tidak bisa selalu mengandalkan neneknya. Sebab, Rembulan tidak ingin membuat neneknya terbebani. Sebagian uang hasil kerja part time nya dia tabung untuk digunakan bila ada hal mendadak.
Rembulan sadar, kebutuhannya semakin hari kian meningkat. Dia memerlukan uang mau tidak mau dia harus menabung. Walaupun neneknya melarang, Rembulan merasa ini adalah kewajibannya. Sudah cukup dia membebani Nenek Samantha sedari kecil hingga sekarang.
Sesekali Rembulan berhenti untuk mengelap bulir-bulir keringat yang menetes dari pori-pori wajahnya. Dia mengembuskan napas lega melihat pekerjaannya selesai. Setelah ini, dia dapat berpamitan pulang sebab jam kerjanya hampir usai.
"Lan, sudah selesai?"
Rembulan tersenyum sembari mengangguk. "Sudah, mbak. Rembulan pamit pulang ya."
"Boleh, tapi tunggu dulu."
"Baik, mbak." Perempuan yang dipanggil mbak itu lantas pergi. Sembari menunggu mbak Ika-kepala pelayan di Alia's cafe kembali. Rembulan menuju ruang penyimpanan tempat tas nya berada sekaligus berganti pakaian.
Dia meneliti barang-barang bawaannya. Takut jika ada yang hilang atau tertinggal.
"Rembulan, ini buat kamu."
Rembulan mendongak, dahinya menyerit saat Mbak Ika menyodorkan paper bag putih padanya. Rembulan menerima paper bag itu, dia bertanya, "ini apa, mbak?"
"Dari Bu bos, itu bonus buat karyawan disini," ujarnya sembari tersenyum.
Rembulan mangut -mangut, "makasih ya."
"Sama-sama. Kamu sudah pesan ojol?"
"Oh, enggak mbak. Lagi hemat, hehe."
Mba Ika mengangguk paham, "oke. Hati-hati ya, Lan."
Rembulan mengangguk samar dia berpamitan pada Mbak Ika dan beberapa karyawan lain.
Kulit Rembulan terasa merinding begitu keluar dari cafe, dia mengadah. Matahari yang menggantung diatas sana tampak tertutup oleh awan abu-abu. Langit sore yang biasanya penuh warna tampak suram ditambah angin berhembus cukup kencang.
Sepertinya hujan akan tiba, tidak membuang waktu banyak berdiam diri, Rembulan segera menuju halte bus yang terletak tak jauh dari cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Gadis Cupu [END]
Teen FictionWarning mengandung genre violence! Rembulan Cahyaningsih namanya, kerap dipanggil Rembulan atau cupu sesuai penampilannya. Tidak secantik bulan, penampilannya begitu sederhana. Kadangkala, Rembulan ingin mengeluh. Namun, dia tidak memiliki tempat u...