Sosok pemuda tercenung di depan pembatas jembatan. Tatapan kosong menghadap ke arah bawah sungai. Juga keadaan fisik yang jauh dari kata baik. Entah apa yang ia lakukan setelahnya, dalam penglihatan seorang pria dewasa yang baru keluar dari mobil itu menyangka bahwa pemuda menyedihkan itu akan segera menceburkan diri untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan cepat pria itu berlari menghampiri pemuda tersebut dan menariknya menjauh dari sisi jembatan. Pemuda terkejut, menatap bola mata pria dewasa itu dengan tatapan penuh tanya. Namun terlihat seperti tatapan menyedihkan yang meminta tolong.
"Nak, kamu mau ngapain tadi di sisi jembatan? Kamu mau bunuh diri?" tanya pria itu sambil memegangi kedua pundak pemuda itu.
Pemuda itu menempis tangan pria yang memeganginya. "Jangan peduli."
"Saya memang peduli. Ingat, bunuh diri itu dosa besar. Bunuh diri bukan solusi dari masalah. Kamu pikir dengan bunuh diri masalah kamu akan selesai? Kamu akan tenang di surga, gitu? Kamu beneran nggak tau neraka yang menghadangmu ketika kamu memutuskan untuk mengakhiri hidup? Menentang ketentuan atau takdir Tuhanmu, itu kesalahan fatal yang nggak bisa kamu anggap remeh. Semua orang punya masalah. Dan semua orang pasti punya tempat bersandar."
"Siapa yang mau menjadi tempat saya bersandar? Bahkan orang yang paling dekat dengan saya, udah nggak anggap saya manusia. Ngapain saya masih di sini? Siapa yang saya harus harapkan dan bahu siapa yang saya punya untuk bersandar?" sahut pemuda itu dengan tatapan penuh emosi. Matanya memerah, berair, dan sangat menyedihkan.
"Saya. Saya akan menjadi sandaran kamu. Bersandar sama saya, maka akan saya berikan sandaran lainnya untuk kamu. Mau ikut saya?"
"Jangan peduli. Jangan peduli kalau pada akhirnya meninggalkan saya lagi. Percuma, saya hanya akan terluka dengan akhir dari sikap Anda sesungguhnya," ucap pemuda itu menunduk dan menangis.
Pria dewasa itu mendekat ke arah pemuda itu dan memeluknya. Menepuk pundak yang bergetar itu dengan pasti. Pria itu juga terharu. Faktanya pria tersebut memang tak dapat menahan gejolak yang ada di dalam dirinya.
"Nama saya Andro Pratama. Saya pemilik rumah singgah yang dihuni oleh para pemuda dengan kisah hidup hampir sama sepertimu. Jika kamu bersedia, ikut saya ke sana. Kamu akan memulai kehidupan baru," ucap pria dewasa yang bernama Andro tersebut.
***
"Es krim gue," ucap pria berkulit putih tak begitu tinggi, namanya Sugi LA.
Sosok pria lain yang tadinya membuka kulkas untuk mengambil es krim tersebut menoleh ke belakang, lalu menyunggingkan sebuah senyuman.
"Berbagi kan indah." Namanya Jirham Fertalite. Sosok pria berumur 19 tahun yang dikenali dengan karakter nakal dan susah diatur. Mereka ini, mempunyai tinggi hampir sama. Namun gaya berpakaian Jirham lebih keren dibanding Sugi yang hidup dengan apa adanya.
"Sayangnya keindahan itu nggak buat lo!" Sugi merebut es krim semangka itu dari tangan Jirham dan berjalan pergi.
Jirham berdiri, lalu melayangkan satu sepatunya mengenai punggung Sugi.
Tuk!
Kilatan tajam mata Sugi bagai sinar laser ketika menoleh ke arah Jirham. Mereka beradu tatap sebelum saling memukul satu sama lain. Namun ketika sudah menyatu dan mengangkat tangan, seseorang menegur mereka.
"Jirham! Lo nggak lepas sepatu lagi?" Obian Hermana. Pria cinta kebersihan dan bermulut pedas, dia yang menegur Jirham barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [COMPLETED]
Teen FictionRumah singgah untuk para pemuda yang tak ada tempat pulang. Untuk mereka yang perlu kehangatan dari dinginnya jalanan malam. Dan untuk mereka yang ingin memulai kehidupan. "Kalian yang tak saling mengenal akan tinggal bersama dalam satu atap dan men...