Ayah Andro sama Vioner nih, mereka foto di depan rumah singgah💜
•••
Handika heran melihat sebuah mobil yang terparkir di depan gerbang rumahnya. Namun Handika dapat mengenali pemilik mobil itu ketika melihat plat mobil itu
"Andro. Ngapain dia ke sini," gumam Handika.
"Tuan Handika, apa saya coba periksa dulu ke dalam atau Tuan mau saya antar turun dengan payung?" tanya sopir pribadi Handika.
"Nggak perlu. Saya bisa turun sendiri. Bawa sini payungnya."
Handika turun dari mobil dengan sebuah payung hitam yang menaunginya. Hujan yang turun tak begitu lebat, hanya gerimis deras tanpa angin. Handika melangkah masuk ke halaman rumahnya. Ia melihat Andro bercengkrama serius dengan Bi Ami.
"Ngapain kamu ke sini, Andro."
Andro menoleh, menemukan sosok yang ia cari. Andro menghela napas dengan tenang, lalu berjalan mendekati Handika dengan langkah pasti. Hingga mereka berdiri berhadapan, terjadi hening sejenak. Raut wajah Handika tampak tenang, tetapi juga mencoba memasang kesan angkuh itu.
"Apa yang kamu lakukan pada Vioner?" tanya Andro tenang, tetapi terkesan tegas.
"Memangnya apa urusannya denganmu, Ndro? Dia anakku."
"Masih mengakuinya anak tetapi Anda menyakiti dia?" tanya Andro menaikan sebelah alisnya.
"Apa maumu, Ndro? Dia mengadu padamu?"
"Jangan membuat kesabaranku habis, Handika! Dulu, kamu menyakiti adikku tanpa rasa bersalah sedikitpun. Kamu pikir aku menerima semua itu dengan lapang dada?" ucap Andro menatap sosok pria yang lebih sedikit lebih tua darinya. "Tidak, Handika! Aku mencoba menekan rasa amarahku karena permintaan adikku sendiri. Dia berteman dengan mamanya Vioner sehingga tak ingin menyakiti temannya sendiri. Kamu pikir adikku akan sudi menerimamu ketika ia tahu kamu sudah beristri dan istrimu temannya? Dia tak sejahat kamu, Handika!"
"Untuk apa membahas yang telah lalu? Sekarang permasalahannya ada pada dirimu, Andro."
Andro tertawa sumbang. Bahkan tak mempedulikan rinai hujan yang membasahi seluruh badannya.
"Kamu pikir kesalahan yang sudah berlalu itu tak ada berarti apa-apa? Itu bagimu, Handika! Bagi pria brengsek sepertimu yang tak tahu apa arti terluka!" lontar Andro dengan tegas. Tatapan menyala-nyala itu membuat Handika bungkam dan rahang menegas.
Andro kembali menunjuk wajah Handika tanpa gentar. Walaupun ada dua penjaga yang siap sedia melindugi Handika kapan saja.
"Karena kamu adikku pergi dari kota ini. Karena kamu Jion tak bersama ibunya, juga seorang ayah. Aku masih bisa menahan diri untuk itu, Handika. Sebab aku tak sudi mereka berdua ada di sisimu. Tapi soal Vioner ... dia memang bukan anakku, tetapi aku menganggapnya putraku sendiri. Aku sudah pernah bilang, jikalau kamu tak mampu menjaganya dengan baik, maka aku akan menyambutnya dengan senang hati. Vioner pernah bilang padaku bahwa ia tak akan dekat-dekat denganku karena kamu melarangnya. Aku menyetujui itu dengan catatan dia tak boleh terluka karena keluarganya sendiri. Dan hari ini, kamu melukai dia. Lantas, menurutmu apa yang harus aku lakukan terhadap kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [COMPLETED]
Teen FictionRumah singgah untuk para pemuda yang tak ada tempat pulang. Untuk mereka yang perlu kehangatan dari dinginnya jalanan malam. Dan untuk mereka yang ingin memulai kehidupan. "Kalian yang tak saling mengenal akan tinggal bersama dalam satu atap dan men...