2. PENDIAM

2.3K 291 27
                                    

•••

"Menurut kalian anak baru itu gimana?" tanya Obian ketika mereka penghuni rumah singgah berkumpul di kamar Jion.

"Pendiam," sahut Sugi.

"Kek mayat hidup. Ahahahah! Mayat masih hidup. Ahahahah!" timpal Jion sambil tertawa.

"Kayaknya orangnya sensitif," sahut Fiko yang duduk di kursi depan meja belajar sambil membaca buku.

"Menarik. Dia menarik," ucap Juna tersenyum penuh arti.

"Apa lagi, Jun?" tanya Obian menatap malas.

"Gue bakal jadikan dia adek gue yang paling penurut. Dari sorot matanya yang kosong aja gue udah bisa tebak, dia itu bisa jadi adek yang baik," ujar Juna menyakinkan.

"Gue yakin dia sebelas-duabelas sama Jirham. Nakal dan susah diatur. Sekarang aja tuh orang nggak ada di rumah. Padahal tadi baru pulang," judes Obian.

"Kayaknya si Vioner itu nggak cocok sekamar sama Jirham. Lebih baik sama Fiko aja deh," usul Sugi.

"Bener tuh, kayaknya lebih cocok sama Fiko deh. Fiko, gimana?" ujar Obian setuju.

"Terserah," sahut Fiko santai.

"Ya udah tuh anak giring deh ke kamar Fiko. Suruh pindah dari sarang penyamun," ujar Jion.

"Gue ogah. Gi, lo ajalah yang suruh," pinta Obian.

"Ogah."

"Fiko."

"Lagi baca buku."

"Terus siapa nih?"

"Biar gue aja. Liat gimana dewasanya gue mengayomi adek Vio," sahut Juna bangkit dari samping Jion yang tengkurap.

BRAK!

"Mulai lagi deh si Juna. Ngedeketin Jirham aja gagal, apalagi tuh anak," celetuk Obian.

"Semoga Ayah nggak nambah anak lagi. Gue rasa kita-kita aja sudah cukup," ucap Sugi.

"Oh iya, Gi. Gimana menu baru kafe, bisa jadi tambahan omset, nggak? Soalnya Ayah udah tanyain laporan kafe kita," tanya Jion.

"Pasti kok. Gue yang tanggung jawab kalau gagal," sahut Sugi.

Mereka semua yang kini jadi tanggungan Andro bukan berarti tak ada kewajiban kerja. Andro memberikan satu kafe miliknya untuk mereka kelola sebagai pemasukan masing-masing. Kafe Nebula adalah nama kafe yang mereka kelola. Untuk mereka yang masih berkuliah hanya akan menjaga kafe ketika kelas sudah selesai.

Sementara Juna sudah sampai di depan kamar Jirham yang sekarang juga ditempati oleh si anak baru, Vioner. Juna mengembuskan napasnya bersiap membuka pintu tersebut. Juna menyembulkan kepalanya untuk menilik keberadaan Vioner. Ternyata anak tersebut sedang duduk di kursi dekat jendela. Tatapannya menerawang, kedua tangannya memilin ujung baju kaus putih yang ia pakai. Juna sungguh prihatinn, kalau sudah begini sifat dewasanya akan keluar. Juna perlahan masuk. Lantas Juna menarik satu kursi lagi yang Jirham gunakan untuk menaruh gitar kesayangannya. Dan gitar itu sekarang bergeletak tak berdaya di sisi ranjang.

"Hai, Vioner. Lagi liatin apa sih? O-oh, lagi liatin pohon mangga muda, ya? Emang ya mangga muda Mpok Inem tuh menggoda banget. Jadi pengin ngerujak. Hehe." Namun sayang, obrolan basa-basi Juna sama-sekali tak mendapatkan reaksi dari Vioner.

"Ekhem. Sebelumnya maaf kalau gue sok akrab. Tapi gue emang mau akrab sama lo sih. Jadi ... kenalin nama gue Junaid Elveroji. Lo bisa panggil gue Kak Juna atau Bang Juna. Kita sekarang saudara, jadi gue harap lo nggak sungkan. Apapun masalah hidup yang lo alami, itu semua akan lenyap ketika lo mau menerima kami jadi keluarga baru lo. Gue nggak maksa, pelan-pelan aja. Lo pasti bisa, Vio. Kita semua di sini juga pernah mengalami masalah yang berat kayak lo. Tapi lihat kami sekarang, kami semua hidup bahagia. We are your brother, okay?"

BROTHER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang