Ninda adalah sosok gadis yang telah mengisi hati Juna selama hampir 2 tahun. Ninda si gadis berbadan tinggi, modis, dan cantik itu adalah seorang desainer pakaian ternama. Merek yang Ninda gunakan pada pakaian yang ia keluarkan adalah NiJu collection. Bisa diartikan dengan Ninda dan Juna. Ninda sendiri adalah keponakan Andro yang berasal dari Swedia dan sekarang menetap di Indonesia sejak lulus SMA.
Juna tersenyum menatap potretnya bersama Ninda. Sudah satu bulan penuh ia tidak bertemu Ninda, sebab sekarang Ninda berada di Swedia untuk pekerjaannya.
"DekNin, kok Ajuna bisa kangen gini ya sama kamu? Padahal kita cuma nggak jumpa selama satu bulan. Masih ada waktu dua minggu lagi untuk Ajuna bersabar. Tapi kok dua minggu berasa dua tahun, ya? Seandainya Ajuna bisa kendalikan waktu, Ajuna pengin langsung ada di dua minggu kemudian. Biar kita bisa berjumpa dan memadu kasih kembali, DekNin."
Baru saja Juna ingin mencium figura itu, tiba-tiba Jirham masuk ke dalam kamarnya dan melembar mi instan ke paha Juna yang duduk di tepi ranjang. Dengan santai Jirham duduk di kursi dekat jendela.
"Buatin gue mi kuah, Bang. Bang Jion nggak ada di rumah. Tau deh tuh tua bangka ke mana."
"Enak lu ya main masuk kamar orang nggak permisi. Datang langsung suruh-suruh gue kayak pembantu. Gue bukan Inem, Imah, Surti, Inah, ataupun Ijah yang bisa lo panggil Bibi. Gue Juna, senior di rumah singgah ini kalau lo lupa," cetus Juna menaruh kembali figura yang ia pegang di atas nakas.
"Kalau gue nggak makan, sakit perut. Terus gue bilang sama Om Andro, gue nggak dipedulikan. Gimana?" ancam Jirham dengan santainya.
Juna geram bukan main. Sebelum mulutnya mengucapkan hal yang nista, pintu kamar diketuk sebentar, dan wajah Fiko terlihat dari balik pintu.
"Bang, bisa buatin Vioner makanan, nggak? Apa kek gitu, mi instan juga boleh. Gue harus ke toilet, Bang."
"E-eh. Iya-iya, Fik. Gue bikinin deh. Bilang tunggu aja di kamar, nanti gue bawain," sahut Juna, mengundang tatapan melotot dari Jirham dengan mulut yang membulat ingin melayangkan protes.
"Nggak perlu, Bang. Nanti gue suruh dia keluar kamar. Biar orangnya nggak manja dan mau berbaur. Udah Bang, gue mau ke toilet." Usai itu Fiko meninggalkan depan pintu kamar Juna.
Juna mengalihkan tatapannya pada Jirham yang menatapnya tajam. Juna tak takut sama sekali, tapi juga tak enak jika tidak membuatkan.
"Lo pilih kasih, Bang? Mau tuh anak baru gue palak? Gue siksa dan gue bully sampai mampus?"
"Badan kecil, gaya lo! Muka lo emang kayak kucing garong, tapi liat jempol tangan lo. Kecil tak berkuku," sahut Juna sambil meraih mi instan yang tadi Jirham lempar dan membawanya keluar kamar.
Jirham menatap jempol tangannya sendiri.
"Ada kok kuku gue. Emang dia aja yang rabun senja."
Juna memilih keluar dari kamarnya meninggalkan Jirham sendiri. Jirham menghela napas, tatapannya tiba-tiba saja sendu. Ia tiba-tiba teringat sesuatu yang menjadi kenangan dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [COMPLETED]
Novela JuvenilRumah singgah untuk para pemuda yang tak ada tempat pulang. Untuk mereka yang perlu kehangatan dari dinginnya jalanan malam. Dan untuk mereka yang ingin memulai kehidupan. "Kalian yang tak saling mengenal akan tinggal bersama dalam satu atap dan men...