31. FIKO : GUE BAKAL PERCAYA

1.1K 171 17
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Fiko sekarang berada di depan pagar rumah Vioner. Kedua penjaga yang dulunya pernah Fiko temui, kini membukakan pintu dengan suka rela atas perintah Vioner. Sebelumnya Fiko telah membuat janji via chatingan dengan Vioner. Ada sesuatu yang harus mereka lakukan bersama.

"Maaf, Tuan Muda. Apa Tuan Handika sudah mengetahui kedatangan orang asing ke rumah ini?" tanya salah satu penjaga pada Vioner.

"Ada atau enggak izin dari Papa, itu urusan saya. Ini rumah saya kok," sahut Vioner.

"Tapi Tuan Muda—"

"Bang Dandi," sahut Vioner menatap tajam.

"Baik, Tuan Muda."

Fiko dan Vioner berjalan memasuki rumah besar itu. Mereka tidak ke ruang tengah, tetapi langsung ke kamar Vioner. Sejujurnya Vioner masih sedikit canggung, sesekali ia melirik Fiko yang menaiki tangga sejajar dengannya.

"Papa lo nggak ada di rumah?"

"Udah kerja ke kantor. Tante Bunga juga nggak ada."

Vioner membuka pintu kamarnya. Mereka duduk memilih duduk lesehan di balkon. Ada beberapa tanaman kaktus yang berjejer di tepi lantai balkon tersebut.

"Lo suka tanaman juga?"

"Cuma kaktus. Kalau mati buang ganti yang baru."

"Oh. Gue cukup bawain minuman dingin rasa apa aja sama camilan sih. Nggak usah banyak-banyak."

"O-oh. Iya lupa. Tunggu dulu," ucap Vioner yang tadinya ingin duduk, kembali bangkit.

Fiko bersiul santai, matanya melirik ke arah penjaga yang masih pada tempatnya. Fiko tersenyum aneh, lalu meraih batu-batuan kecil yang ada di atas tanah pot kaktus. Lalu melemparkan ke arah pagar.

"Mmmfftt ... boleh juga." Fiko mengakhiri kejahilannya begitu puas melihat reaksi kedua penjaga itu siap siapa mengawasi sekitar.

Vioner datang membawa apa yang Fiko mau. Ia menaruhnya di hadapan Fiko. Lalu duduk dengan sedikit kaku menatap teman sebayanya yang terlihat mulai mencicipi makanan yang ada.

"K-kalau boleh tau, apa yang buat kamu ke sini? Ayah yang nyuruh, ya?"

"Bukan. Ada yang pengin gue omongin sama lo."

"Masalah apa?"

"Masalah lo sama bokap lo. Lo mungkin mikir kalau gue terlalu ikut campur. Tapi gue ngelakuin ini buat ayah. Keliatan banget ayah mikirin masalah lo. Gini, ayah itu orangnya selalu mikirin masalah orang lain. Contohnya kayak kita-kita ini. Ayah angkat kita sebagai anak, itu berarti ayah ngerasa tanggung jawab atas diri kita itu milik dia. Apapun masalah yang kita punya, pasti juga menjadi masalah ayah. Gue yakin ayah juga usaha mau bantu masalah lo. Jadi sebelum ayah bertindak, gue yang bakal bertindak. Gue mau masalah lo cepat clear dan setelahnya tergantung keputusan lo. Mau gabung sama kami jadi anak ayah, atau kembali ke sini menjadi anak Om Handika lagi," tutur Fiko menjelaskan.

BROTHER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang