•••
Vioner membuka matanya ketika semua penghuni rumah singgah terlelap. Tepat pukul 04.02 Vioner sadar dari pingsannya. Hal pertama yang ia ingat adalah kejadian menakutkan di bangunan tua. Lalu sepotong kalimat yang membuat dirinya syok.
"Penjara tempat yang terlalu nyaman buat orang yang udah buat ayah Jirham nggak ada. Kami ini satu gang motor. Apapun masalahnya, pasti berurusan sama kita semua. Sampai di sini ngerti nggak?" - Rony.
Vioner menangis dalam diam. Ia baru tahu satu kenyataan lagi. Bahwa dirinya menjadi penyebab seorang anak kehilangan ayahnya.
Fiko membuka matanya. Entah sebab apa Fiko terbangun. Lalu menoleh pada Vioner yang ada di sampingnya. Fiko membuka matanya lebih lebar ketika melihat Vioner sudah sadar bahkan menangis.
"Vioner, udah sadar?" tanya Fiko bangun dari kasur. Ia duduk menatap Vioner yang memalingkan wajahnya.
"Lo kenapa nangis? Kalau ada yang sakit, bilang."
"Gue panggil Ayah dulu," ucap Fiko meringsut turun dari kasur.
"Ja-jangan ...."
Fiko menoleh, dahinya mengernyit menatap Vioner.
"Saya mau sendiri. Jangan panggil siapapun," ucap Vioner. Suaranya hampir tak terdengar saking paraunya. Mungkin pita suaranya sedang terganggu.
"Kenapa? Lo juga nggak mau ngomong sama gue. Kali aja kalau Ayah yang ajak lo ngomong, lo bakal nyahut."
Vioner berusaha bangkit, raut wajahnya seperti menahan sesuatu. Fiko menghela napas, lalu membantu pemuda itu duduk. Fiko menyibak rambutnya ke belakang, menatap santai pemuda menyedihkan di depannya.
"Ceritain. Kalau nggak mau, gue usir lo."
"Jangan!" sahut Vioner cepat. Matanya berkaca-kaca, hampir saja menangis.
"Ya udah ngomong."
Vioner menyandarkan tubuhnya, tangannya saling bertautan cemas. Membayangkan saja membuat perasaannya sangat rentan. Seolah-olah sedang berada di bibir jurang.
"Saya nggak tau mereka siapa. Tapi kata dia, dia suruhan Kakak saya yang sekarang ada di penjara. Kakak saya nyuruh dia agar buat saya juga masuk penjara. Tapi katanya penjara terlalu nyaman. Saya nggak paham," pungkas Vioner seadanya.
Fiko tampak berpikir. Kata-kata Vioner tadi membuatnya menemukan sesuatu yang menarik.
"Kakak lo nyuruh dia supaya jebak lo agar masuk penjara. Tapi orang itu bilang penjara terlalu nyaman buat lo. Dia malah nyiksa lo kayak gini. Itu berarti orang itu menuruti apa yang kakak lo pinta. Tapi dia malah pilih siksa lo dulu. Dapat diartikan kalau orang yang nyiksa lo itu punya dendam lain 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [COMPLETED]
Teen FictionRumah singgah untuk para pemuda yang tak ada tempat pulang. Untuk mereka yang perlu kehangatan dari dinginnya jalanan malam. Dan untuk mereka yang ingin memulai kehidupan. "Kalian yang tak saling mengenal akan tinggal bersama dalam satu atap dan men...