4. INFORMASI AKURAT

1.6K 238 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

Juna menaruh mi instan yang ia buat di atas meja belajar Fiko. Melirik ke arah Vioner yang masih duduk di lantai. Sudah beberapa kali mencoba mengakrabkan diri, tetap saja Juna merasa sangat canggung dan takut sebenarnya.

"Ekhem, Dek Vio. Ini Bang Juna bikinin mi instan rasa dorayaki. Makan gih, mumpung masih panas-panasnya," ujar Juna.

Tak ada sahutan.

"Anu, apa ya. Kalau kamu tuh nggak makan, bisa sakit. Kata Neneknya Bang Juna, kalau kita tuh lagi ada masalah hidup, jangan jauh-jauh dari makanan. Coba kamu nikmati rezeki itu, in syaa Allah kamu bakal tahu makna kata bersyukur. Jadi gini loh, kamu kan lagi galau nih? Nah, pasti liat makanan jadi nggak nafsu, lalu kamu nggak mau makan. Itu artinya kamu nggak bersyukur. Padahal kalau kamu coba makanan itu, kamu akan menemukan sebuah time yang bernama kenikmatan. Kalau kamu udah nikmati apa yang ada pada kamu, kamu nggak akan galau lagi toh? Kamu pasti mikir, gue masih punya kebahagiaan lain, buat apa gue galau keterusan? Masih ada makanan yang hibur tenggorokan sama perut gue. Kalau masalah udah nyakitin hati dan batin kamu, jangan biarin si masalah itu kembali menghancurkan kesehatan kamu. Ngerti, nggak? Oke, gue emang nggak pandai dalam memberikan siraman rohani. Tapi yang jelas dan singkatnya, gue nyuruh kamu makan. Nih, gue nyuruh kamu makan itu tandanya gue sayang dong? Peduli dong gue? Masa kamu nggak ngehargain orang yang peduli sama kamu? Kok malah kamu meratapi orang yang udah nyakitin kamu? Nggak penting, kan? Iya, toh? Makanya makan, makan yang kenyang. Biarin si masalah itu kelaperan. Yang penting kamu sehat, pasti ada kebahagiaan yang bakal datang." Celotehan Juna panjang lebar itu ternyata ada hasilnya. Tampak pemuda itu beranjak dari posisinya dan beralih ke kursi depan meja belajar. Juna tampak semringah menatap punggung Vioner. Pemuda itu akhirnya memakan apa yang telah ia buat susah payah.

"Bang Juna keluar dulu, ya. Nanti kalau udah abis, kamu bisa bawa ke dapur? Kalau panggil Bang Juna kamu mungkin nggak bakal nemu di mana Bang Juna berada. Oke?"

Vioner mengangguk tanpa menoleh. Sudah cukup puas bagi Juna menerima respon tersebut. Juna dengan lapang dada keluar dari kamar Fiko.

Sedangkan Vioner makan dalam diam. Tatapannya masih menerawang, sekelebat ingatan kecil kembali terbayang di benaknya.

Mending lu nggak usah makan. Makan nggak makan tetap aja kelakuan lo gitu. Beban keluarga.

***

Fiko adalah sosok pemuda yang sangat tenang, santai, dan tak ambil pusing oleh masalah apapun dalam hidupnya. Tetapi ia juga sosok yang peduli. Kalau para penghuni rumah singgah yang lainnya mempunyai masalah hidup yang berat, beda dengan Fiko yang sejujurkan tak punya masalah yang berarti. Ia hanya tak ingin selamanya berada di panti asuhan, ingin mencari suasana hidup yang baru setelah mulai beranjak dewasa. Fiko itu dikenal dengan sosok pria yang sabar, salah satunya sabar menghadapi satu-satunya sahabatnya bernama Ehsan Dewanda atau akrab di sapa Ecan oleh teman-temannya.

BROTHER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang