23. KAKAK

1.3K 176 81
                                    



•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Vioner berjalan perlahan mendekati sel tahanan di mana kakaknya berada sejak 8 bulan yang lalu. Tampak pria berbadan tinggi dan kekar itu sedang menyandarkan tubuhnya di dinding sel, matanya terpejam dengan satu kakinya dilipat. Vioner menunduk, matanya berkaca-kaca. Sungguh, ini bukan keinginannya. Dari awal ia berusaha menjelaskan, tetapi bukti yang didapatkan pihak kepolisian malah mengarah pada kakaknya, Vero Arda Handika.

"K-Kak ...."

Suara bergetar itu membuat pria berwajah tegas tersebut membuka matanya. Vero melirik ke arah luar sel, tampak sosok yang amat ia benci sekarang ada di sana. Rahang Vero mengeras, menatap sengit adiknya.

"Ngapain lo ke sini?"

"Ma-maafin Vio ...."

Vero terkekeh sinis, bangkit dari posisi duduknya mendekati Vioner. Walau tertahan sel tahanan, tak menghalangi tangan kekar Vero untuk menjambak surai hitam milik Vioner.

"Akh!"

"Denger baik-baik, Adik. Maaf atau penyesalan sekalipun nggak berarti buat gue. Selama 8 bulan gue dikurung di sini dan itu semua karena elu, gobl*k! Jadi yang gue perlukan sekarang adalah kebebasan. Ngerti 'kan maksud gue?"

"Tapi Vio nggak salah, Kak. Itu semua karena—"

"Berhenti nyalahin orang lain! Lo ngerti bahasa manusia nggak sih!"

Vero melepas cengkramannya pada rambut Vioner. Menatap wajah tertunduk adiknya yang menangis dalam tanpa suara.

"Kalau lo mau gue maafin, lo cari cara agar gue bisa bebas. Itu doang. Susah nggak? Adik?"

Vioner mengangguk. Vero pun berbalik dan kembali pada posisi semula. Vioner masih berdiri di sana, Vero menatapnya heran.

"Mau temenin gue dikurung?"

"Kakak harus janji, bakal bilang ke Papa tentang Mama," ucap Vioner pelan.

Vero menatapnya tanpa ekspresi, entah apa yang ia pikirkan setelah mendengar ujaran pelan adiknya.

"Bebasin gue."

"Vio bakal usaha."

Vero hanya berdecih. Matanya kembali menutup mengabaikan tatapan Vioner padanya. Vioner pun memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu.

Sementara itu, Andro menapakki gedung perusahaan yang baru saja dibangun kembali usai terbakar hampir satu tahun yang lalu. Bangunan tersebut rampung 90 persen dan masih dalam masa analisis lebih lanjut. Seorang mandor bangunan tersebut menghampiri Andro yang melihat-lihat sekitar.

"Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu? Bapak siapa, ya?"

"Oh, enggak. Saya cuma mau liat aja. Ini ... perusahaan yang terbakar beberapa bulan yang lalu ya, Pak?" tanya Andro.

BROTHER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang