14. JIRHAM : GUE KESEL, TAPI NGGAK TEGA

1.3K 211 32
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Jion dan Obian baru saja pulang ke rumah sekitar pukul 21.45. Begitu keluar dari mobil, mereka berlari naik ke atas pelatar rumah. Hujan yang awalnya hanya gerimis, perlahan turun dengan lebat malam ini. Suasana sejuk menyapa kulit mereka yang hanya memakai atasan kaus pendek.

"Untung aja pakai mobil tadi. Jadi nggak kehujanan. Badan gue nggak enak Bang dari tadi," ucap Obian.

"Lo kabarin Sugi ya ntar. Motor masukin ke dalam garasi kafe aja. Gue pernah liat ada muka-muka maling mau nyolong motor antik dia," ucap Jion sambil membuka pintu rumah. Jion adalah orang yang menyimpan kunci cadangan rumah. Kalau-kalau penghuni rumah sedang tidur atau tak ada di rumah.

Begitu pintu rumah terbuka, Jion kaget melihat Fiko berjalan ke arahnya. Tampak pemuda itu mengenakan jeans hitam dan jaket kulit berwarna serupa.

"Fiko, gue pikir lo udah tidur. Mau ke mana lo?" tanya Jion.

"Jirham nggak pulang."

"Kebiasaan tuh anak ngerepotin. Kalau Ayah tau bisa kena damprat tuh anak," omel Obian yang baru saja masuk ke rumah menyusul Jion.

"Udah ditelepon?" tanya Jion.

"Nggak diangkat. Masalahnya dia bawa Vioner, Bang. Kalau dia aja mah gue nggak bakal rajin gini hujan-hujan. Tuh anak udah kebal kayak ginian," sahut Fiko.

"Apa? Vioner ikut Jirham? Kok lo biarin, Ko? Gimana kalau Jirham ajak dia ke tempat yang salah. Gue ke Ayah harus ngomong apa? Gue yang tanggung jawab atas kalian tau nggak!" kesal Jion.

"Iya makanya gue mau nyari. Gue pikir Jirham beneran mau ajak dia beli martabak doang. Gue berangkat, Bang," ucap Fiko melewati Jion menuju pintu.

"Lo bawa motor? Pakai mobil gue aja nih. Hujan tuh udah lebat."

Fiko menangkap kunci mobil yang dilemparkan Jion padanya. Lalu melanjutkan langkahnya menuruni teras rumah.

Dengan kecepatan konstan, mobil berwarna putih tersebut bergerak meninggalkan rumah singgah. Hujan terdengar keras berjatuhan di bagian atap mobil. Fiko menaruh ponselnya di dashboard mobil untuk melihat titik lokasi di mana Vioner berada. Fiko sosok orang yang selalu memperkirakan apa yang terjadi. Begitu ia tahu Vioner mempunyai ponsel baru, Fiko telah menghubungkan GPS dengan ponselnya untuk hal yang darurat di kemudian hari.

***

Jirham bersandar di depan pintu bangunan tua. Tatapannya kosong dengan kegelisahan yang sedari tadi menghantuinya. Tak lama air mata mengalir dari kedua kelopak matanya. Namun Jirham dengan kuat menahan isak tangis itu. Di dalam sana, tepatnya di sebuah ruangan bagian bangunan tua itu, Vioner tengah bersama teman-temannya. Hanya Jirham yang memutuskan tak melihat apa yang terjadi.

"Gu-gue ... hiks ... gue nggak tau. Gue nggak tau," isak Jirham meremas rambutnya.

"Argh!" Jirham berjalan masuk ke dalam bagunan itu.

BROTHER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang