Note : Ini part terpanjang, ya. Siapkan mata melek kalian. Wkwk.
•••
Jion keluar dari kamarnya dengan setelan jas hitam. Penampilan rapi itu sangat didukung oleh tatanan rambut yang keren, menjadikan Jion bak CEO muda sebuah perusahaan. Jion berpapasan dengan Andro yang entah sejak kapan pulang ke rumah singgah.
"Loh, Ayah kapan ke sini?"
"Rapat hari ini biar Antoni yang handle. Jadi kamu nggak perlu ke kantor dulu," kata Andro.
Jion mengernyit bingung. Tumben sekali Andro lebih mempercayakan rapat penting kepada Anton ketimbang dirinya yang memang tak mempunyai kesibukan.
"Emangnya kenapa, Yah? Jion juga nggak sibuk hari ini. Nih, Jion udah rapi." Jion membuka sedikit kedua lengannya untuk memfokuskan pandangan Andro pada penampilannya.
"Ada seseorang yang ingin Ayah pertemukan dengan kamu." Andro menepuk pelan pundak Jion seraya tersenyum hangat.
"Siapa, Yah?"
"Kita ke ruang tengah dulu. Adik-adik kamu sudah berkumpul," sahut Andro meraih pundak Jion untuk dirangkul. Tungkai mereka berjalan beriringan menuju ruang tengah.
Di ruang tengah sudah ada Vioner, Juna, Obian, Fiko, dan Jirham yang menunggu setelah intruksi berkumpul dari Andro. Melihat Andro yang datang merangkul Jion, membuat tanda tanya di benak masinh-masing.
"Ini sebenarnya ada apa sih, Yah?" tanya Fiko.
"Ada acarakah hari ini? Mari kita ngerujak bersama!" seru Juna mengeluarkan dua biji mangga muda dari bawah meja kaca di hadapan mereka.
"Jun, ntar dulu dikeluarin. Kamu bisa makan buah asam itu sepuasnya nanti. Sekarang ada hal penting yang harus Ayah ungkap hari ini," tegur Andro. Beliau melepaskan rangkulannya, sedikit mendorong pundak Jion agar turut duduk di sofa.
"Wah, secret Ayahanda Andro akan terungkap hari ini." Juna kembali menyimpan mangga muda itu di bawah meja.
Suara deru mobil terdengar dari arah luar. Memancing atensi mereka semua yang duduk di sofa. Perasaan ingin tahu dan jantung sedikit berdebar mereka rasakan saat ini. Jion hendak beranjak, tetapi Andro mencegahnya.
"Biar Ayah yang buka pintu. Kalian cukup tunggu di sini dulu."
Andro berjalan ke arah luar. Mereka yang tadinya hanya menahan suara, lantas mulai berdiskusi.
"Ini sebenarnya ada apa sih?" tanya Obian.
"Ho'oh. Tiba-tiba Ayah ngumpulin kita kayak gini tanpa bilang mau makan bareng. Biasanya kan kalau ngumpul gini Ayah beli sesuatu buat dimakan," timpal Juna.
"Tapi bisa juga kan buat nyelesain masalah?" tanya Jirham.
"Bisa jadi. Tapi muka Ayah kek seneng gitu. Maksudnya kayak nggak ada beban," sahut Jion.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [COMPLETED]
Teen FictionRumah singgah untuk para pemuda yang tak ada tempat pulang. Untuk mereka yang perlu kehangatan dari dinginnya jalanan malam. Dan untuk mereka yang ingin memulai kehidupan. "Kalian yang tak saling mengenal akan tinggal bersama dalam satu atap dan men...