•••
Juna terdiam duduk di sofa sambil menatap ke bawah. Usai mendengarkan cerita dari Vioner dan Fiko, Juna benar-benar syok. Ia sama sekali tak pernah menduga apa yang Ninda lakukan di masa lalu. Andro pun sama, tak pernah terbayang sebelumnya jikalau Ninda—keponakanya sendiri yang telah menjadi dalang kejahatan itu. Mereka semua terdiam, tak ada yang membuka suara. Tiba-tiba bell rumah berbunyi, Fiko segera beranjak dari duduknya untuk membuka pintu. Begitu pintu dibuka, Fiko sedikit terkejut melihat kantung kresek putih di hadapan wajahnya. Ternyata Ecan yang menenteng kantung kresek itu.
"Yaelah muka lo tegang banget gini. Biasa ajalah. Apapun yang terjadi, lo pada harus tenang. Untuk itu, gue bawain es krim gratis. Minggir gue mau masuk!" Ecan menerobos begitu saja melewati Fiko. Fiko pun menutup pintu dan kembali lagi ke ruang tengah.
Ecan tampak membagikan es cup itu pada mereka semua yang ada di sana. Walau kentara sekali wajah tak bergairah mereka hari ini. Terlebih Juna yang merasa sangat dilema.
"Pokoknya kalian musti santai dulu. Jangan tegang-tegang. Ini Ecan boleh duduk dulu, nggak?"
Sugi segera menjauhkan bantal di sampingnya agar Ecan bisa duduk di sana.
"Duduk."
"O-oke. Thanks Bang Sugi," sahut Ecan seraya duduk.
Vioner yang melihat itu langsung terbayang moment di mana ia ingin mengungkapkan fakta soal Ecan pada mereka semua. Akan tetapi semuanya gagal karena Sugi tiba-tiba datang. Vioner terlalu ragu dan gugup saat itu. Menjadikan kata-kata yang ia rangkai tak terucapkan barang satu kalimat saja.
"Tiga temen saya udah berjaga di bandara. Kali aja Ninda mau kabur. Tapi sampai saat ini belum ada laporan sih dari mereka. Itu berarti, Ninda masih ada di Indonesia. Lalu tiga temen saya lagi berjaga di stasiun kereta api. Terus ada juga yang jaga di terminal bus. Alhamdulillah foto yang Bang Juna kirim berguna banget buat mereka. Nah, jadi tugas kita cari Ninda di sekitar sini aja. Kemungkinan Ninda ini ke mana gituloh. Ninda kan pacarnya Bang Juna, otomatis Bang Juna mungkin cukup tau tempat-tempat yang akan Ninda kunjungi. Terus Om Andro keluarga dari cewek itu juga, kan? Berarti kita punya tujuan untuk pencarian. Jadi gimana? Mau cari sekarang atau gimana?" Ecan menatap wajah-wajah mereka secara bergantian untuk mendapatkan tanggapan. Hingga Vioner terlihat ingin berbicara pada mereka.
"Sebenernya ... saya mencurigai satu orang yang kenal atau terlibat dalam kejahatan Ninda itu," ujar Vioner disambut tatapan penasaran mereka.
"Siapa itu, Vi? Ungkapin aja, jangan sungkan," sahut Andro.
"Saya curiga sama Tante Bunga. Waktu pertama kali saya ketemu Ninda di bar. Tiba-tiba dia nyamperin dan ngomong kalau Tante Bunga pengin nguasain perusahaan papa. Padahal, saya nggak kenal sama dia dan nggak pernah ngomong keadaan saya waktu itu sama siapapun. Di rumah juga lagi nggak ada siapa-siapa. Cuma ada Papa, Mama, Tante Bunga, dan Kak Vero. Jika dipikirkan, cuma Tante Bunga yang punya kemungkinan merencanakan sesuatu di tengah kacaunya keluarga kami. Tante Bunga menyuruh Ninda mengikuti saya ke bar dan Ninda berlagak seperti orang yang membongkar kejahatan Tante Bunga. Padahal rencana itu emang sudah Tante Bunga setting sebagus mungkin." Vioner mendapatkan persetujuan dari mereka atas logikanya. Jika dipikirkan, hal itu memang masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [COMPLETED]
Teen FictionRumah singgah untuk para pemuda yang tak ada tempat pulang. Untuk mereka yang perlu kehangatan dari dinginnya jalanan malam. Dan untuk mereka yang ingin memulai kehidupan. "Kalian yang tak saling mengenal akan tinggal bersama dalam satu atap dan men...