48. FITRIANA

957 162 28
                                    

Dapat selca dari mereka bertiga nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dapat selca dari mereka bertiga nih. Ini di belakang rumah, ya.

***


Andro diperjalanan menuju rumah singgah. Penyangga lehernya sudah dilepas, walau Andro tak bisa menggerakkan lehernya sembarangan. Andro tak ingin menunggu lebih lama lagi, takut jikalau kebohongannya terbongkar. Sekitar pukul 07.45 jalanan sangat padat. Andro memilih memandang ke arah luar mobil. Para pengendara motor berdesakan untuk mencari celah agar keluar kemacetan terlebih dahulu. Sedangkan mobil hanya bisa maju sedikit demi sedikit. Saat tengah asyik mengamati, sebuah taksi berhenti tepat di samping mobil Andro. Andro membulatkan matanya melihat sosok penumpang yang sangat ia kenal. Sosok Fitriana tempak duduk sebagai penumpang.

"Fitriana ...." Andro merasa tenggorokannya tercekat. Melihat sosok adiknya yang telah sekian tahun pergi meninggalkannya.

"Kenapa, Pak?" tanya Bima.

"Bima, kamu lihat taksi di samping kita 'kan? Itu penumpangnya Fitri. Tolong kamu ikutin taksi itu. Jangan sampai lepas," ucap Andro penuh ambisi.

"Baik, Pak."

Sekitar 20 menit barulah mobil Andro bisa keluar dari kemacetan. Begitu juga dengan taksi yang ditumpangi Fitriana. Bima terus fokus mengikuti taksi tersebut hingga tiba di sebuah rumah cukup mewah. Fitriana keluar dari taksi tersebut dan membayar ongkosnya. Sesaat Fitriana ingin menuju pagar rumah tersebut, tak sengaja ia melihat Andro yang baru saja keluar dari mobil. Fitriana membulatkan matanya terkejut. Lekas ia masuk pagar, tetapi Andro berusaha membukannya kembali. Terjadilah adu kekuatan antara Andro yang ingin membuka pagar kembali dan Fitriana yang menutup pagarnya dengan usaha kuat.

"Fitri! Buka pagarnya, Fitri! Kita harus bicara."

"Nggak Mas Andro. Aku nggak mau."

"Jangan sampai Mas marah sama kamu, Fitri! Mau jadi adik durhaka kamu! Nggak mikir kamu jasa Mas buat anakmu!"

Fitriana menangis. Andro tak lagi menguras tenaganya untuk membuka pagar itu. Pada akhirnya mereka saling diam sejenak, membiarkan pagar sebagai penghalat jarak mereka.

"Kenapa, Fitri?" tanya Andro.

"Maaf, Mas."

"Sejak kapan kamu ada di Indonesia?"

"Sejak 3 tahun yang lalu."

"Dan kamu sama sekali nggak hubungin Mas?" tanya Andro tak percaya. "Kamu nggak kangen sama anak kamu? Jion udah besar tanpa seorang ayah sekaligus ibu. Apa kamu setega itu?"

"Aku juga kangen sama Jion, Mas," tangis Fitriana. "Tapi aku nggak siap bicara sama dia. Pasti dia benci sama aku karena udah ninggalin dia, Mas. Aku trauma sama depresi. Aku nggak mau berada dalam keadaan itu lagi. Cukup aku disakiti oleh suamiku, aku nggak mau disakiti sama anakku juga."

"Tapi kamu nyakitin dia?" balas Andro. "Fitri, jangan anggap remeh anakmu. Dia udah dewasa dan anak yang baik. Dia nggak mungkin nyakitin kamu jikalau kamu menjelaskan semuanya. Dia pasti rindu sama kamu, Fitri. Bahkan ... sekarang dia sudah menjadi kakak tertua dari enam adiknya. Dia benar-benar dewasa, Fitri."

BROTHER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang