•••
Baik Vioner maupun Ecan terkejut mendengar sahutan Fiko yang menyatakan bahwa Septiana adalah ibunya Sugi sekaligus istri muda Handika yang kedua. Mereka sama sekali tak menyangka akan hal itu. Keduanya menatap Fiko yang duduk bergabung di sofa dengan wajah tegang dan mulut sedikit terbuka.
"Serius lo, Fik? Dia ibunya Bang Sugi dan istri kedua Om Handika? Kok bisa? Berarti Vioner sama Bang Sugi sodara dong?" tanya Ecan tak sabaran.
"Iya. Gue pernah liat Tante Septiana ke kafe Nebula bareng Om Handika. Mereka mesra banget, terus ... gue denger Tante Septiana nyuruh Om Handika buat secepatnya menceraikan Tante Bunga. Dan yang bikin gue mikir ulang, Om Handika iyain aja. Seolah-olah dia nggak terlalu keberatan lepasin Tante Bunga," tukas Fiko menjelaskan. Sedangkan Vioner masih menyimak obrolan mereka.
"Serius lo? Wah ... kalian kek XL ya. Nyambung terusss! Ngaet mulu darahnya," ujar Ecan memberi tanggapan.
"Kayaknya kami yang tinggal di rumah singgah, emang udah ditakdirin buat terhubung satu sama lain. Pada akhirnya kami akan menjadi saudara," kata Fiko. Ia tak habis pikir jalan kehidupan yang membawanya sampai di titik ini. Terutama kehadiran Andro yang berperan penting dalam hidupnya.
Lain lagi dengan Ecan, ia malah terpikir sesuatu tentang pembahasan mereka kali ini. Tentang Septiana terutama.
"Lo ngerasa Tante Septiana punya tujuan tertentu nggak sih?" tanya Ecan menatap Fiko dan juga Vioner secara bergantian.
"Tujuan apaan?" tanya Fiko.
Ecan sekarang memposisikan arah badannya ke Vioner yang sedari tadi hanya menyimak saja. Benar pendapat Vioner terhadap dirinya sendiri, ia memang berumur dewasa. Tetapi tidak dengan akal pikirnya yang tak begitu cepat paham.
"Gue tanya sama lo, Vi. Setelah mama lo udah nggak ada, Tante Bunga tinggal bareng sama lo 'kan?"
"Iya."
"Papa lo habis pulang kerja biasanya pulang ke rumah? Setiap hari?" tanya Ecan lagi.
Vioner mengangguk. "Biasanya Papa pulang kerja jam 5 sore atau 7 malam. Cuma dalam satu minggu Papa pernah pulang jam 10 atau bisa nggak pulang. Pagi-pagi banget, baru Papa pulang."
"Nah! Itu berarti Papa lo lebih ngutamain Tante Bunga, Vioner. Tapi kok kata Fiko Om Handika manut pas Tante Septiana nyuruh cerai dari Tante Bunga. Gue yakin ada sesuatu," ujar Ecan menggebu-gebu.
"Sesuatunya bisa dari Tante Bunga dan Tante Septiaana dong?"
"Bisa juga dari Om Handika," sahut Ecan.
"Tapi ngapain cari tahu tentang mereka? Yang paling penting sekarang kalian bantuin saya cari pelaku sebenarnya yang bakar perusahaan papa. Yang cewek misterius itu," protes Vioner.
"Iya bener, Vi. Kita emang seharusnya langsung cari cewek itu siapa. Cuma, untuk melakukan penyelidikan harus dari hal terkecil dulu. Baru rahasia besar itu terbongkar," sahut Ecan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [COMPLETED]
Teen FictionRumah singgah untuk para pemuda yang tak ada tempat pulang. Untuk mereka yang perlu kehangatan dari dinginnya jalanan malam. Dan untuk mereka yang ingin memulai kehidupan. "Kalian yang tak saling mengenal akan tinggal bersama dalam satu atap dan men...