47. ANDRO : ASAL JANGAN TINGGALIN AYAH

1K 162 56
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

Sugi membuka matanya ketika mendengar suara bel rumah berbunyi. Dengan muka bantal itu Sugi bangkit dari sofa menuju pintu. Ternyata yang datang adalah Fiko, Vioner, dan Ecan.

"Pagi menjelang siang, Bang LA. Hehe," ucap Ecan.

"Sudah hampir siang? Jam berapa sih nih?" tanya Sugi dengan mata menyipit karena silau.

"Udah hampir jam 12, Bang. Lo pasti tidur dari pagi tadi, ya? Atau dari malam nggak bangun-bangun?" tanya Fiko berjalan masuk ke dalam rumah. Diikuti mereka bertiga.

"Iya. Kemarin kan gue jaga kafe sampai tengah malam. Mata gue ngantuk banget."

Fiko melangkahkan kakinya hingga ke arah dapur. Ia meletakkan kantung kresek berisi makanan yang ia beli sewaktu diperjalanan.

"Bang, lo belum sarapan 'kan? Nih gue beli nasi goreng. Sekalian Ecan numpang makan juga."

"Lo sama Vio?" tanya Sugi sambil duduk di kursi meja makan.

"Kami berdua udah sarapan. Cuma Ecan yang ngebo jam 9 baru bangun," sahut Fiko.

"Gue bangun kok subuh. Terus tidur lagi," komentar Ecan.

"Alasan lo. Makan bareng Bang Sugi, gue ke kamar dulu," ujar Fiko berlalu dari dapur menyisakan Ecan dan Sugi.

Canggung terasa ketika Ecan melihat Sugi makan dengan santai tanpa suara. Jikalau diibaratkan, Sugi bukan kaum Ecan. Mereka beda kubu dan beda kehidupan.

"Ekhem ... makan Bang Sugi," ucap Ecan pelan.

"Hmmm."

Ecan memilih menyesuaikan diri. Makan dengan tenang tanpa suara seperti Sugi. Namun diam-diam, Sugi memperhatikan pemuda di hadapannya makan dengan lahap. Sugi menatapnya lamat, ada kerinduan yang sejujurnya telah ia rasakan sekian lama. Ada juga rasa bersalah dan tak pantas untuknya mengharapkan sesuatu.

Ma, adik aku sekarang udah gede.

•••

Jion dan Jirham berbenah-benah bersiap untuk pulang dari kafe usai menghitung omset hari ini. Malam Jumat bisasa mereka hanya membuka kafe hingga pukul 5 sore.

"Jir, lo langsung pulang?"

"Nggak. Gue ada urusan."

"Jangan macem-macem lo. Masalah apapun yang lo hadapi, jangan bikin lo salah langkah lagi."

"Nggaklah. "

"Lo nggak main bareng temen geng lo lagi'kan?"

"Enggak, Bang. Gue kan udah punya temen tua bangke kek elu," sahut Jirham sebelum berlari meninggalkan Jion.

BROTHER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang