•••
"Sidangnya akan dilakukan dua hari ini. Vio kamu siap kan menjadi narasumber lagi di pengadilan nanti?" tanya Andro pada Vioner.
Mereka berkumpul di ruang santai pada malam harinya setelah Andro kembali beraktivitas usai masa pemulihan yang ia lakukan di apartemen pribadinya. Andro sengaja tak ingin berkumpul anaknya pasca pulang dari rumah sakit. Sebab bukannya istirahat total, Andro malah terbawa suasana anak muda. Bergadang, nonton TV, main game, atau makan camilan sampai malam. Dan pembahasan mereka malam ini adalah tentang kelanjutan kasus Bunga dan Ninda.
"Mau gimana lagi. Bagaimanapun ini kesempatan terakhir Vio buat jelasin semuanya. Vio nggak bakal gagu kayak waktu itu," sahut Vioner.
"Bener tuh. Supaya kakak lo bisa lekas bebas," sahut Ecan yang tengkurap menghadap TV. Sesuai apa yang ia pinta, Ecan bisa main ke rumah singgah kapan saja.
"Vioner punya kakak?" cengo Juna.
"Ck, lo loadingnya lama ya, Jun. Dari awal kita semua udah tau kalau Vioner punya kakak. Ingatan lo naroh di mana si," cerca Jion sebal.
"Oh—oh iya gue ingat. Ya-ya. Koro ya namanya? Apasih? Neo?"
"Vero, Bang," sahut Vioner.
"Nah, itu Vero," sahut Juna.
"Jun, kamu mending buatin Ayah kopi. Biar otak kamu fresh lagi," titah Andro.
"Siap!" Juna bangkit dari duduknya menuju ke arah dapur. Andro geleng-geleng melihatnya.
"Makanya Ayah masih ragu kasih pegang perusahaan sama Juna. Kadang dia suka kelupaan gitu. Padahal udah jelas banget 'kan?"
"Bener tuh, Yah. Jangan dulu deh. Fokus ke Jion aja," sahut Jion membenarkan.
Obian mengganti channel TV hingga ia menemukan sinetron Ikatan Batin. Obian tersenyum melihat tontonannya ternyata baru saja dimulai. Fiko hendak meraih remot di dekat tangan Obian, tetapi Obi langsung meraihnya.
"Ck, Bang. Ganti dong. Nggak bosen apa nonton Sinet mulu."
"Kagak. Ini sambungannya seru banget. Ternyata Ninu itu anaknya Pak Dumang. Pasti si Ita bakal tersingkir setelah ini. Haha! Puas gue liat dia bakal terusir dari rumah."
"Kagak bakal. Pasti si Ita bakal rencanain sesuatu sama mamanya buat nyingkirin Ninu. Udah apal gue, Bang. Siniin remotnya, gue mau nonton Boboiboy." Fiko bersikeras merebut remot dari tangan Obian, tetapi Obian tak mau mengalah. Pada akhirnya Obian memasukkan remot itu ke dalam celananya.
"ABANG!" kesal Fiko.
"Ambil kalo bisa," cibir Obian acuh. Tatapannya kembali terfokus pada layar di hadapannya.
"Ah! Nggak asik banget. Besok remot gue umpetin."
"Bodo."
Andro tak mau ambil pusing dengan terlibat perdebatan kedua anaknya. Matanya terfokus pada Vioner yang sedang sibuk dengan ponselnya. Andro kembali mengingat kepergian Vioner sewaktu ia di rumah sakit waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [COMPLETED]
Teen FictionRumah singgah untuk para pemuda yang tak ada tempat pulang. Untuk mereka yang perlu kehangatan dari dinginnya jalanan malam. Dan untuk mereka yang ingin memulai kehidupan. "Kalian yang tak saling mengenal akan tinggal bersama dalam satu atap dan men...