Part 36

201 5 0
                                    

Happy Reading!
-
-
-

"Astagfirullah!" Salma terlonjak kaget saat bahunya ditepuk seseorang. Ia menengok ke belakang,ada Zidan yang berdiri sembari tersenyum manis padanya.

"Kak Zidan, ngagetin aja deh."

Zidan duduk samping Salma, merubah posisinya menyamping menjadi berhadapan dengan perempuan itu.

"Udah makan?" Tanya Zidan. Salma menggeleng pelan.

"Pesen makanan sana! Jangan telat makan, nanti sakit."

"Iya, kak." Jawab Salma dengan senyumnya.

"Ekhem" deheman Ghea membuat keduanya menoleh.

"Aduh, Wat. Kayaknya kita jadi nyamuk deh disini. Pindah aja yuk!" Ajak Ghea seraya mengangkat mangkuk bakso nya.

"Yuk ah. Gue juga gak mau jadi cctv." Wati ikut berdiri, membawa mangkuknya. Dan berjalan menuju meja sebelah.

Salma menggeleng pelan melihat keduanya yang pergi.

"Kak Zidan mau makan apa? Biar nanti aku yang pesenin." Tanya Salma.

"Gue mau--makan lo aja deh, pasti langsung kenyang." Ucap Zidan diiringi tawanya.

Salma mencubit pelan pinggangnya. Bahaya jika Zidan terus saja tertawa, pasalnya tawa cowok itu bikin candu. "Yang bener ih."

"Lo tunggu disini aja. Biar gue yang pesenin." Zidan berdiri dari duduknya, menuju stand makanan. Langkahnya tak lepas dari pandangan Salma.

"Diliatin terus!"

Salma menolehkan kepalanya ketika suara berat dari laki-laki itu terdengar dari belakangnya. Adin, cowok beralis tebal, dan gaya nya yang stay: memasukkan kedua tangannya di saku celana.

Adin berjalan melewati Salma, lalu ia duduk di depannya--terhalang meja panjang.

"Kamu sekolah?" Tanya Salma.

Cowok itu melipatkan tangannya di meja. Lalu menatap wajah perempuan berhijab didepannya dengan intens. "Lo gak liat. Gue udah pake seragam kayak gini, emangnya mau kemana? Sekolah kan?"

Salma mencebikan bibirnya. "Aku cuma nanya, Din. Kamu udah sembuh emangnya? Udah bisa sekolah lagi." Tanya Salma.

"Gue gak sakit."

Salma menaikkan kedua alisnya. "Oh gak sakit ya?"

"Terus siapa ya yang kemarin bilang kangen sama aku, nangis-nangis sambil meluk aku, siapa ya?" Sindirnya.

Adin terkekeh. Tangannya terulur untuk mengusap kepala perempuan itu. "Iya iya. Kemarin gue sakit, tapi kan itu kemarin. Hari ini ya beda lagi." Ucapnya.

Salma tidak percaya dengan omongannya, ia melihat wajah cowok itu yang terlihat pucat. Iya sih, lebih berbeda dari kemarin, tapi tetap mata cowok itu terlihat sembab. Apalagi tangannya yang masih memar.

"Kalo gue gak sekolah, gue gak bisa dong liat muka lo lagi."

Salma berlagak muntah mendengar ucapan Adin. Membuat Adin tertawa melihatnya.

SALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang