Part 42

238 4 0
                                    

Selamat Membaca!!
-
-

"Thanks ya Salma."

Kening perempuan itu berkerut. "Buat apa?"

"Karena lo udah nemuin gue sama kedua orang tua asli gue." Ucapnya seraya tersenyum.

Salma mengangguk kecil. "Tapi kan aku gak ngelakuin apa-apa, aku juga baru tau kemarin dari kak Zidan."

"Seharusnya kamu bilang ke kak Zidan. Karena dia yang udah nyari informasi tentang keluarga kamu. Aku juga makasih banget sama kak Zidan, bersyukur karena kamu sekarang udah nemuin kebahagiaan kamu." Lanjutnya.

"Iya Salma, gue juga ngerasa seneng banget udah bisa ngerasain apa yang gak pernah  dulu gue rasakan." Tutur Adin.

"Yaudah, aku pulang duluan ya."

"Mau bareng gue gak?" Tawar Adin.

"Ngga usah Din, kak Zidan mau jemput aku kok."

Adin mengangguk kecil. "Oke. Hati-hati ya.".

Entah kenapa perasaan Adin seperti merasa takut saat mengatakan kalimat itu. Ia menggeleng pelan, mengenyahkan pikiran-pikiran buruk yang ada di kepalanya.

"Salma pasti baik-baik aja."

***

Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi, cobalah beberapa saat lagi. The number--

"Iih kak Zidan mana sih? Kok gak aktif handphone nya." Salma menggerutu kesal, sudah beberapa kali ia menelpon Zidan, namun tak kunjung ada balasan.

Kakinya sudah pegal karena terus berdiri sedari tadi, bahkan ia sudah bolak-balik untuk duduk dan berdiri di kursi halte. Kepalanya selalu ia torehkan ke kanan dan kiri--mencari keberadaan suaminya.

Pandangan nya terhenti ketika melihat seseorang yang sedang berdiri di pinggir jalan. Ia memicingkan matanya, melihat dengan jelas siapa orang tersebut.

"Kak Laila?"

"Iya, itu kak Laila. Tapi, kenapa rambut nya kusut banget?" Monolog nya seraya melihat pergerakan dari perempuan itu. Berjalan dengan lunglai seperti seseorang yang sedang mabuk,

"Aku samperin aja kali ya? Ah nggak deh, takutnya dia  macem-macemin aku lagi."

"Tapi--"

"KAK LAILA AWASSS!!!" Salma segera berlari saat sebuah mobil melaju kencang menghampiri Laila yang sudah berdiri di tengah jalan.

Salma mendorong tubuh Laila ke pinggir jalan. Dan pada saat ia melihat ke arah depan, mobil itu sudah berada tepat di depannya.

Brakk!!

Setelah itu, tubuhnya merasa terhempas dan membentur jalanan. Sayup-sayup ia mendengar suara orang-orang yang menghampiri nya. Matanya buram, sekelilingnya terasa beputar. Hingga tak terasa, ia memejamkan matanya, tak sadarkan diri.

***

Zidan baru saja keluar dari ruangan Papah nya--Wildan, hari ini ia sudah belajar sedikit tentang bisnis perkantoran. Zidan pikir, pekerjaan ini bisa ia jalani nanti ketika sedang mencari nafkah buat keluarganya.

Ia akan memberi tahukan Salma tentang hal ini, bahwa dua minggu ke depan ia sudah bisa bekerja di perusahaan Papah nya, meskipun menjadi seorang Karyawan, dan Zidan sama sekali tidak keberatan dengan hal itu.

Salma missed call 10

"Astaga! Gue lupa jemput Salma di sekolah." Zidan memijat pelipisnya pelan. Mengapa ia sampai lupa pada istrinya sendiri.

"Kena semprot pasti nih gue, karena udah telat jemputnya." Zidan segera melangkah cepat keluar dari kantor.

Langkah jenjang nya menghampiri motor yang ada di parkiran sana. Sebelumnya ia memakai helm terlebih dahulu. Lalu ia menjalankan motornya di atas rata-rata.

"Ada apaan ya? Kok rame banget.".

Ia segera turun dari motornya dan menghampiri warga yang sedang berkerumun.

"Pak, Pak!" Ia menghentikan seorang bapak-bapak untuk bertanya. "Disana ada apa ya Pak? Kenapa rame banget?"

"Itu mas, ada yang kecelakaan. Kayaknya sih korban tabrak lari. Kasian mas, korban nya masih anak sekolah lagi."

Deg!

Zidan membeku, pikirkannya berkelana tertuju pada istri kecilnya itu. Jika memang hal it terjadi, ia tidak akan memaafkan kesalahan nya.

"laki-laki atau perempuan Pak?" Tanya Zidan lagi.

"Perempuan, berhijab pula."

Sungguh ia tidak kuat mendengar nya, ia langsung berlari menuju kerumunan itu. Menerobos orang-orang yang menghalangi jalannya.

Tubuhnya kaku seketika, air matanya langsung mengalir membasahi pipi. Pemandangan di depannya membuat dada nya sesak.

"SALMA!!"

"Salma bangun! Salma!" Zidan terduduk lemas seraya memangku kepala Salma yang berlumuran darah. Kerudung putihnya kini sudah ternodai oleh darah segar.

"Salma, lo jangan tinggalin gue. Salma, bangun Salma!"


"Panggil ambulan cepet!!" Zidan menginstruksi pada salah seorang, dengan memberikan handphone nya.

"Salma, maafin gue. Gue gak nepatin janji buat bisa jemput lo." Tangis Zidan tersedu-sedu, ia memeluk tubuh Salma yang tak sadarkan diri.

"K-kak Zidan.."

"Salma." Zidan tersenyum kecil saat Salma membuka sedikit matanya. Ia mengusap air matanya.

"Sa-kit k-kak." Ucap Salma dengan lemah,

"Iya sayang, sebentar lagi ambulans nya dateng. Kamu yang kuat Salma."

Namun sebelum Salma berucap, matanya sudah terpejam dan kembali tak sadarkan diri. Membuat Zidan semakin panik.

"Salma! Jangan pergi dulu. Lo harus kuat Sal!"

Suara sirine ambulans terdengar nyaring. Zidan segera mengangkat tubuh kecil istrinya ke brankar, dan segera memasuki mobil ambulans.

****

Jangan lupa voment gais!

SALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang