Part 38

179 3 0
                                    

Selamat Membaca!!
-
-

Sesuai janjinya kemarin malam, ia akan menemui Zidan di tempat markas geng motornya. Salma segera merapihkan alat tulis nya dan memasukkannya kedalam tas.

"Sal, pulang sama kita yuk. Mommy gue udah buatin cemilan. Dah lama loh kita gak main bareng."

"Gak bisa lah Wati, Salma kan sekarang udah punya suami, dia gak bakalan bisa main lagi sama kita." Ghea menepuk pelan tangan Wati.

Wati hanya menampilkan cengirannya. "Hehe, o iya juga ya. Lupa gue." Ucapnya.

"Eh btw, lo udah baikan belum sama kak Zidan?" Tanya Ghea sembari mengikuti langkah Salma.

Salma menunduk. "Belum Ghe."

Ghea memberikan senyuman semangatnya. "Gapapa Sal, lo pasti bisa baikan lagi sama dia. Pelan-pelan lo minta maafnya sama kak Zidan." Ucapnya.

"Kita anterin lo pulang ya?" Ucapnya lagi.

Salma menggeleng. "Ngga usah Ghe, aku mau nyamperin kak Zidan." Ujarnya.

Keduanya mengernyit heran. "Emangnya kak Zidan dimana Sal?" Tanya Wati.

"Semalem kak Zidan gak pulang, dia nginep di markas sama temen-temennya juga."

"Astagfirullah. Lo yang sabar ya. Kak Zidan pasti bakalan balik lagi kok." Ujar Wati menenangkan.

"Iya. Yaudah aku pamit duluan ya. Assalamu'alaikum." Salma melambaikan tangannya sembari berjalan.

"Wa'alaikumsalam."

"Kasian ya Salma," ujar Ghea setelah Salma menghilang dari pandangannya.

Wati mengangguk mengiyakan. "Iya."

***

Setelah turun dari angkot, ia segera menyebrangi jalan, menuju markas Zidan yang ada di seberang jalan, ia juga harus melewati gang sempit terlebih dulu untuk sampai disana.

Keadaan tempat itu baik-baik saja seperti apa yang dulu pernah Salma kunjungi, bibirnya mengukir sebuah senyuman ketika mengingat kejadian saat di parkiran.

"Nggaklah, ngapain. Gue gak suka sama dia." Balas Zidan.

"Awas loh, sekarang bilangnya enggak, tapi nanti gimana. Perasaan orang gak ada yang tau, kak." Ucap Salma.

"Kalo emang nanti gue suka sama Laila, itu gak mungkin. Karena--"

Laki-laki itu mendekatkan wajahnya disamping wajah Salma.

"Gue cuman suka sama lo." 

Sekarang semuanya berbeda, Zidan-nya sudah berbeda. Salma mendongak untuk menahan air matanya yang akan keluar. Ia menghela napasnya, dan tersenyum. Segera melangkahkan kakinya untuk membuka pintu itu.

"Apa persamaan tukang sate sama tukang soto?" Tanya Gusti pada ketiga teman-temannya.

"Sama-sama punya jualan." Sahut Fahri.

SALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang