Selamat Membaca!!
-
-
-*****
"Sal, Salma.."
"Salma.."
"Van, gimana nih? Adin manggil-manggil Salma mulu." Tanya Yoga gelisah.
"Gue udah nelpon dia tadi. Lagi di jalan mungkin." Ujar Irvan.
Yoga dan Irvan terus saja mondar-mandir sedari tadi. Sementara Adin terbaring lemas di kasurnya.
Pintu kamar terbuka menampilkan Bi Asih beserta seorang perempuan yang memakai baju gamis hitam dan dibelakangnya ditemani dengan laki-laki yang memakai kaos hitam dan celana panjang hitam. Mereka mau kemana hey? Pada hitam-hitam semua? Oke! Lanjut.
"Lama banget lo, dia manggil-manggil lo terus tuh dari tadi." Celetuk Yoga.
Salma mengernyit heran, ia tak membalas ucapan Yoga. Segera berjalan menghampiri Adin yang terbaring disana. Salma mendekati laki-laki itu, matanya terpejam sambil terus bergumam tidak jelas. Saat Salma menyentuh bagian dahinya, terasa panas sekali.
"Adin demam, bi?" Tanya Salma pada bi Asih yang ada di sampingnya.
Bi Asih mengangguk. "Iya non, dari semalem den Adin badannya panas kayak gini. Bibi udah kompres tapi panasnya tetep, gak turun-turun." Ucapnya.
"Tolong ambilin lagi kompresannya, bi." Titah Salma.
"Iya non, sebentar." Bi Asih segera keluar dari kamarnya.
Salma mencoba duduk di tepi ranjang, sebelah Adin.
"Salma.." Adin terus mengigau namanya dengan lirih.
Salma mendongak menatap Zidan yang berdiri disampingnya. Zidan tersenyum tipis melihatnya.
"Dari tadi dia kayak gitu terus, Sal. Gue gak tega liatnya."
Suara Irvan mengalihkan atensi keduanya. Salma melihat cowok bermata sipit itu sedang duduk di sofa, bersama Yoga.
"Gue sama Irvan tadi kesini, mau nganterin koper dia yang ada di rumah gue." Ucap Yoga tiba-tiba.
Salma mengerutkan keningnya, koper Adin? Untuk apa benda itu ada di rumah Yoga, apakah--
"Ceritanya panjang, sal." Ucap Irvan seakan tau apa yang ada dipikiran Salma.
"Jadi waktu gue sama Yoga kesini, si bibi minta tolong sama kita buat jenguk Adin di kamarnya. Kata si bibi juga dari tadi malem Adin selalu marah-marah gak jelas, suka teriak-teriak gitu. Dan lebih parahnya lagi, dia suka nonjokin tembok. Tuh liat, temboknya aja sampe ada darahnya." Irvan menunjuk ke arah yang dituju. Dinding tersebut ada sedikit bercak darah, membuat Salma merinding melihatnya.
"Itu darah dari tangannya Adin. Dia kalo lagi marah emang kayak gitu, ya? Ih ngeri banget gue." Tanya Irvan sambil bergidik ngeri.
"Gue kasian banget sama Adin. Disaat-saat dia kayak gini, kedua orangtuanya masih aja kerja, gak peduliin anaknya yang lagi sakit." Ucap Yoga merasa iba.
Irvan mengangguk menyetujui. "Beda banget sama gue, kalo gue batuk dikit aja emak gue langsung sigap. Bawain gue makanan terus di beliin obat." Ucapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SALMA
Teen FictionBagaimana perasaan kalian jika di jodohkan dengan kakak kelas? ______________ (FOLLOW DULU, SEBELUM BACA !!) Menikah di usia muda tidak pernah ada dalam kamus seorang perempuan bernama Salma Putri Prawira. Ia harus menerima perjodohan ini, karena p...