Part 44

228 4 0
                                    

Selamat Membaca!!
-
-
-

"Oiya, kak Laila mana? Dia gak kenapa-napa kan?

"Ngapain nanyain dia?" Zidan bertanya sedikit tidak suka. Kenapa juga Salma mementingkan keadaan orang lain daripada keadaannya sendiri.

"Aku khawatir sama keadaan nya, tadi aja kak Laila keliatan kayak abis mabuk gitu. Terus sekarang dia ada dimana? Apa kakak tau?" Tanya Salma seraya memegang pergelangan tangan Zidan, meminta jawaban atas pertanyaan nya.

"Udah, lo jangan mikirin yang lain. Pikirin dulu kesehatan lo." Tukas Zidan yang tak mau menjawab yang sebenarnya.

"Tapi--" ucapan Salma terpotong kala Zidan menempelkan jari telunjuknya di bibir mungil perempuan itu.

"Diem atau gue cium." Ancam Zidan dengan senyum yang tak bisa di artikan.

Salma menghembuskan napas nya pelan. Ia lebih memilih diam daripada nanti di cium oleh Zidan, ya meskipun itu tak apa karena mereka sudah halal toh.

Zidan kembali dengan posisi nya. Ia ingin meminta maaf pada Salma karena sudah telat menjemput istri kecilnya itu di sekolah. Memejamkan matanya, lalu menghela napas nya pelan.

"Salma,"

Salma menaikkan kedua alisnya pertanda ada apa.

"Eum gue minta--"

Suara pintu terbuka mengalihkan atensi keduanya. Terlihat dua orang perempuan berhijab berjalan ke arah mereka.

"Salmaa, Ya Allah.. lo gapapa Sal?"

"Mana yang sakit? Sini-sini biar gue obatin."

"Wati, Ghea.."

Ya, mereka adalah kedua teman Salma. Tanpa mengetuk ataupun mengucapkan salam, mereka masuk ke ruangan itu dengan tergopoh-gopoh.

"Ucapin salam dulu baru masuk." Cibir Zidan yang masih dengan posisinya.

Mereka berdua hanya menampilkan cengirannya. lalu mengucapkan salam. Dan tentunya di jawab oleh kedua pasutri muda itu.

"Salma, lo kenapa bisa kayak gini? Siapa yang udah bikin lo kayak gini, sini biar gue timpuk orangnya." Ujar Ghea dengan gaya nya yang akan meninju orang.

"Iya nih. Siapa sih yang udah bikin sahabat gue masuk rumah sakit. Gak akan gue kasih ampun tuh orang huh." Timpal Wati yang sama kesalnya.

Salma menggeleng pelan, ia terkekeh mendengar ucapan-ucapan kedua temannya. Setidaknya itu bisa menghilangkan rasa sakit yang ada di tubuhnya.

Salma mencoba bangun, ia akan bersandar. Pegal jika terus berbaring seperti ini. Ia tidak biasa.

"Eh sini, biar gue bantu sal."

Belum sempat Wati bertindak, Zidan terlebih dulu membantu Salma untuk bersandar. Menumpukkan bantal itu di belakang Salma untuk di jadikan sandaran.

"Ish Wati, lo lupa ya. Salma udah punya suami, lo jangan ganggu mereka deh, biarin itu jadi tugasnya kak Zidan."

Wati hanya menyengir lebar. " Oh iya. Nih gue bawain makanan buat lo."

Ghea menepuk tangan Wati yang menenteng plastik hitam. "Dari gue aja kali. Emangnya lo bawa apaan? Cuman air mineral doang kan."

"Yaudah sih, kan gue yang bawain nya dari rumah lo."

Salma terkekeh melihat interaksi keduanya, tidak di sekolah maupun rumah sakit. Mereka pasti akan bertengkar, maupum itu hal sepele.

"Kak Zidan,"

"Hmm.." Zidan mendongak menatap Salma yang memanggilnya.

"Kakak mending pulang aja."

SALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang