Part 28

177 6 0
                                    

Selamat Membaca Readers!!
-
-
-

Salma tidak fokus mendengarkan penjelasan dari guru. Pikirannya tidak tenang saat ia bertemu dengan Adin tadi, mengapa Adin begitu marah ketika mengetahuinya dijodohkan dengan zidan. Salma menggeleng pelan, menyadarkan lamunannya untuk kembali fokus ke depan mendengarkan Pak Dadi--sang guru killer yang sedang mengoceh.

Bel istirahat berbunyi di seluruh penjuru sekolah, Salma menghembuskan napasnya lega. Ia bisa bebas dari pembelajaran guru itu, yang hanya membahas tentang norma-norma kehidupan. Ah sudahlah, sekarang ia harus membereskan alat tulisnya dan segera pergi kantin bersama kedua sahabatnya.

Saat keluar kelas, ia sudah mendapati Zidan yang sedang berjalan dari arah kanannya tentunya cowok itu bersama ketiga temannya. Tapi sebentar, salma memicingkan matanya saat ia melihat ada seorang perempuan yang sedang memegang tangan laki-laki itu sambil terus berceloteh, dan anehnya Zidan hanya diam saja tanpa minat untuk meladeni cewek itu. Siapa lagi kalo bukan Laila. Cewek centil yang berdandan seperti ibu-ibu dan bermuka dua jika sedang bersama salma.

"Itu kak Laila kan? Apan si deket-deket mulu sama kak zidan, udah tau tuh cowok gak minat sama dia." Celoteh Ghea saat melihat mereka berbelok menuju tangga.

"Kenapa lo yang sewot?" Tanya Wati sedikit sinis.

"Ya gue kesel aja lah. Gak ada cowok lain apa emangnya. Nempel mulu sama kak Zidan, udah kayak ulet bulu tau gak." Ghea bergidik ngeri ketika membayangkan betapa gelinya ulet bulu itu.

"Ya mungkin, dia emang ulet bulu kali" balas Wati ngasal.

Salma menggeleng pelan mendengar keduanya bicara. Tak terasa mereka sudah sampai di kantin dan segera duduk disana. Setelah memesan makanan, mereka segera memakannya dengan lahap.
Santai dong, kayak gak makan 2 hari aja nih.

"O iya Sal, gue mau nanya yang tadi pagi. Kayaknya serius banget deh." Ujar Wati saat ia selesai dengan makannya.

"Apaan woy? Kok gue gak tau sih." Tanya ghea kesal.

"Makanya jangan bucin mulu sama Irvan." Balas Wati menyindir.

"Biarin lah, daripada lo jomblo. Udah Jomblo gak ada yang mau lagi, kasian banget sih." Ucap ghea meledek.

Wati melototkan matanya, tak terima dengan ucapan ghea. "Mentang-mentang lo udah jadian sama Irvan, gue dihina. Gue do'ain besok lo putus sama cowok lo." Ancam wati membuat ghea refleks menggeplak tangan Wati, abisnya ngeselin sih. Baru tadi malam jadian, masa udah putus besoknya, kan malu udah nyebarin ke sekolah beritanya.

"Lo kalo ngomong gak disaring dulu ya. Asal jeplak aja lo."

"Mana ada kalo ngomong disaring, emangnya minuman?" Tanya wati kelewat bodohnya, membuat ghea menahan sabar dengan sikap temannya itu.

"Suka-suka lo deh. Gue pusing dengernya." Ucap Ghea frustasi dengan temannya itu.

"Udah-udah. Katanya mau denger cerita, tapi kalian malah ribut terus." Ujar Salma yang sedari tadi diam mendengarkan keduanya.

"Yaudah, ayo cepetan cerita." Ucap Wati yang sudah tak sabar mendengarkan penjelasannya.

Salma menarik napas dalam-dalam. Lalu ia menceritakan apa yang terjadi. Pertemuan dengan kedua orangtua Zidan, Salma yang saling karena menatap Zidan, dan perbincangan yang akan menjodohkan mereka, tidak ada yang terlewat. Sampai saat zidan membawanya keluar sebentar untuk mengobrol dan berakhir dengan pipi salma yang bersemu merah karena zidan yang mengatakan bahwa malam itu ia sangat cantik, membuat Salma yang sedang menceritakannya pun kembali tersenyum.

SALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang