Part 39

195 3 0
                                    

Selamat Membaca!
_
_
_


Sudah dua hari ini Zidan tidak pulang ke rumah. Hal itu membuat Salma semakin resah dan khawatir dengan keadaan suaminya.

"Salma, Zidan belum pulang juga dari acaranya?" Tanya Sandi, ayah Salma. Lelaki paruh baya itu menghampiri anaknya yang duduk di sofa ruang tv.

Salma diam, ia tidak tahu harus menjawab dengan alasan apa lagi pada ayahnya, yang hanya sandi tahu ialah Zidan sedang mengikuti kegiatan bersama teman-teman seangkatannya. Mengingat jika kelas 12 yang berlibur selama seminggu.

Salma melipat bibirnya kedalam. "Yah, sebenarnya--kak Zidan gak ada acara sama temen-temennya." Ujarnya dengan suara pelan.

Dahi Sandi berkerut, ia mencoba memahami ucapan Salma. "Maksud kamu?" Tanyanya.

"Maaf Yah, Salma udah bohong sama ayah." Ia menundukkan kepalanya.

Sandi menghela napas, ia mendekati Salma. Mengusap kepalanya yang tertutup hijab dengan lembut.

"Coba kamu cerita sayang, ada apa sebenarnya?" Tanya Sandi pelan-pelan.

"Kak Zidan lagi marahan sama Salma. Tapi kita udah baikan kok, cuman kata kak Zidan dia mau tenangin diri dulu di markasnya. Dan selama dua hari ini kak Zidan tinggal disana."

"Maaf Yah, Salma baru ngasih tau Ayah. Salma takut kalo nanti Ayah bakalan marah sama kak Zidan." Ucapnya lagi.

"Gapapa sayang, Ayah paham kok. Ayah juga pernah ngerasain hal kayak gini waktu masih muda sama Ibu kamu. Jadi, wajar aja kalo permasalahan kecil gini akan datang pada kalian." Sandi tersenyum. Ia jadi teringat dengan masa-masa bersama almarhum istrinya.

Matanya berkaca-kaca, ia sangat beruntung mempunyai Ayah seperti Sandi, orang tua satu-satunya yang paling Salma sayangi dan cintai itu. Salma segera memeluk Ayahnya, menumpahkan segala kesedihannya pada lelaki itu

"Makasih Yah, Salma janji akan selalu menjaga ayah. Dan Salma juga akan menjadi istri yang baik buat kak Zidan."

"Salma juga harus ingat, kalau ada masalah sama Zidan, kalian harus nyelesain dengan baik,jangan saling emosi, selesaikan lah dengan kepala dingin."

Salma mengangguk dalam dekapan sang Ayah. "Iya Ayah, Salma berusaha untuk itu."

"Yaudah, sekarang kamu coba telepon suami kamu ya. Kalian udah dua hari loh kayak gini. Gak baik kalo suami-istri marahan sampai 3 hari lebih." Sandi menguraikan pelukannya. Memberikan saran pada Salma.

Salma mengangguk, ia mengambil ponselnya di meja. Saat jemari lentiknya akan menekan kontak Zidan, ponselnya terlebih dulu berbunyi. Dan disana tertera nama 'Imamku' siapa lagi kalo bukan Zidan. Dengan segera Salma mengangkatnya.

"Hallo kak Zidan?"

"Salma buka pintunya! gue mau masuk."

"Loh kak Zidan udah di depan? Kenapa gak ngetuk pintu sih?" Tanya Salma mulai berjalan ke arah pintu.

"Gue udah ngetuk berkali-kali, tapi gak dibuka-buka." Ucapnya kesal.

SALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang