Dua puluh tujuh HATI YANG BERCABANG

3K 658 74
                                    

Gemintang menutup laptopnya.

"Gimana keadaan bapak Mas?"

Sudah dua hari dan akhirnya Angger bisa menemui Gemintang di klinik.

"Kenapa ga kamu lihat sendiri? Bapak nanyain kamu Mi.'

"Salam aja Mas. Kan ada kamu jadi aku ga perlu lihat lagi juga ga papa."

"Kamu niat mutus interaksi sama keluargaku Mi?"

Gemintang yang berdiri dan membenahi peralatan medisnya menghela napas panjang.

"Coba kamu jadi aku sehari aja Mas. Gimana rasamu biar kamu ngerti rasaku seperti apa? Ibu Wirastri itu apa maksudnya? Ya sudah aku ga akan mengusik apapun keputusan kalian. Tapi bisa ga jangan melibatkan aku lagi? Ketemu Mas Galih dalam kondisi apapun, aku belum bisa menerimanya Mas. Kaget."

Gemintang menepuk dadanya pelan.

"Aku ngerti Mi. Aku minta maaf."

"Jangan membiasakan diri meminta maaf untuk apa yang bukan jadi salah kamu Mas."

"Ya karena aku seharusnya nganter kamu."

"Aku yang ga mau jadi bukan salahmu."

"Karena aku ga bisa jagain kamu Mi."

"Karena kamu ga mungkin terus-terusan dekat sama aku 24/7 Mas."

"Makanya ayo..."

"Nikah? Ibu tiri mu itu ga ngakuin kok kalau aku udah cerai sama anaknya. Jadi kita ini masih ruwet. Aku ga mau timbul fitnah apapun di kemudian hari tentang statusku."

Angger meniupkan udara dari mulutnya.

"Kita ga bisa gini terus kan Mi."

"Aku rasanya udah mentok harus bagaimana. Kita menganggap semua selesai tapi mereka bilang belum. Mereka akan terus mengusik. Terus terang Mas, Mas mu itu tambah menakutkan."

Angger mengangguk. Untuk apa yang sudah dialami Gemintang di masa lalu karena kakaknya itu, Angger menilai Gemintang wanita yang sangat kuat. Setidaknya itu yang terlihat. Gemintang masih bisa menggunakan logikanya. Tapi, kalau Gemintang merasakan ketakutan...bukan rasanya lagi...itu jelas dirasakan siapapun yang mengalami nasib yang sama.

"Maafkan aku Mi."

Gemintang menunduk. Mereka berhadapan berbatas sudut meja kerja Gemintang dan kembali menemukan kekosongan, mereka tidak berhasil mengurai keruwetan masalah mereka karena baik Galih maupun ibunya menganggap semua belum selesai.

 Mereka berhadapan berbatas sudut meja kerja Gemintang dan kembali menemukan kekosongan, mereka tidak berhasil mengurai keruwetan masalah mereka karena baik Galih maupun ibunya menganggap semua belum selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening mereka diselingi ketukan pintu. Perawat yang membantu Gemintang masuk dan memberikan berkas untuk ditandatangani. Perawat itu menerima berkas setelah Gemintang selesai dan segera keluar. Gemintang memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Rumah Bantul udah bersih Mas?"

Angger yang menekuni lantai mendongak.

"Sudah. Tukangnya gerak cepat tapi rapi. Aku mengganti cat rumah jadi putih semua. Kolam renang juga udah beres."

DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang