Lima PEMUDA NINGRAT

6K 1.1K 49
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Gemintang menatap Angger yang mendorong pintu masuk rumahnya. Sejenak Gemintang terpaku.

Bahkan harga pintu rumah ini bisa untuk membangun sebuah rumah singgah sederhana.

"Ayo masuk. Jam segini biasanya Mas Galih lagi di ruang seni." Angger menutup pintu pelan setelah Gemintang masuk. Yang menyergap kemudian adalah hawa dingin pendingin ruangan, lalu kesunyian.

Gemintang mengikuti Angger yang berjalan di depannya.

"Mas Angger. Mas Galih ga ada di ruang seni. Ada di kamarnya." Seorang perempuan tua dengan kebaya dan jarit menyapa Angger dan Gemintang.

"Ya udah, Mbok. Tolong bikin minum buat temenku ini ya Mbok. Hmm...Ibuk di mana?"

"Pergi arisan, Mas."

Angger mengangguk dan perempuan tua itu undur diri setelah sebelumnya tersenyum pada Gemintang. Angger menoleh.

"Itu kamar Masku. Sana masuk terus kenalan."

Gemintang menaikkan satu alisnya.

"Ga papa Mi. Paling dia lagi baca. Sana...biar kejutan."

Angger berjalan cepat meninggalkan Gemintang di ruang tamu yang sangat besar itu. Gemintang menatap pintu kamar yang ditunjuk oleh Angger. Rasanya kok tidak sopan kalau harus masuk kamar orang yang belum di kenal. Tapi Gemintang bingung harus ngapain lagi.

Akhirnya Gemintang melangkah. Mengabaikan rasa kikuk yang tiba-tiba menyergapnya. Gemintang termangu. Tangannya terulur mengetuk pintu. Hening. Dan sesaat kemudian sebuah suara berat mempersilahkan masuk.
Gemintang mendorong pintu pelan. Melongokkan kepalanya dan masuk perlahan. Yang menyapa penglihatan Gemintang adalah sesosok pria yang berada di atas sebuah kursi roda dan sedang menghadap ke arah jendela kamar. Di paha pria itu tergeletak sebuah buku yang terbuka.

Lalu pria itu terpaku. Dan menoleh. Lalu tersenyum sambil membuang pandangannya ke samping. Gemintang tertawa dalam hati. Baru sekali ini dia melihat seorang pria dewasa bisa tersipu.

DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang