Selamat malam
Selamat membaca
Sehat selalu
Semoga hari kalian menyenangkan*
"Kalau kamu ga suka ya bilang to Mi. Jangan. Kata jangan itu perlu diucapkan karena kamu punya hak."
"Aku bingung mau gimana?"
"Ya kalau kamu yang bicara sama Ibunya ya ga mungkin."
"Duh, kok ya kejebak masalah begini sih Put aku..."
"Kebanyakan mbatin kamu itu pas ketemu Ibunya Angger."
Gemintang termenung. Dia memang melakukan apa yang Putri bilang barusan. Ketika pertama bertemu mertua barunya itu, dia sudah merasakan tatapan yang membuat hatinya tidak nyaman. Dan itu membuat dia membatin banyak kemungkinan.
"Setidaknya Mas Angger pamit mau ketemu Laras."
"Lah Angger itu kok ya mau ketemu perempuan itu."
"Mas Angger punya pemikiran sendiri."
"Jadi pria terlalu baik. Hissh..."
"Banyak yang dia pikirkan. Kalau grusa grusu ya gimana orang tuanya nanti? Dia sebenarnya serba salah."
"Angger sama Galih itu kalau dipikir saling mengimbangi. Cuma sikap mereka itu suka bikin gregetan. Satu apa-apa maunya cepat, satunya alon. Ngerti kan maksudku?"
"Ngerti, Put."
"Bisa ga sih, dua-duanya punya sikap yang begitu. Kombinasi jadi satu?"
"Memangnya martabak?"
"Kan sempurna jadinya."
"Kalau Mas Angger sempurna, aku ga bakalan nikahin dia."
"Ruwet."
"Yang ruwet kan orang Put. Aku ya pengennya anteng. Ini kalau pakai caranya Mas Galih ya runyam. Mertuaku itu sudah kenal puluhan tahun sama keluarganya Laras. Jadi ga bisa kalau langsung diputus gitu aja."
"Salah gaul mertuamu itu. Laras sama Ibunya itu model ular berbisa atau gimana? Kok ya sampai ngulik ke masa lalu keluarga Pananggalih?"
Gemintang mengaduk baksonya. Bakso yang entah mengapa membuat perasaannya menjadi lebih baik dan sanggup bicara dengan Putri. "Beritanya kan dimana-mana, Put."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARI BALIK KELAMBU
Mystery / ThrillerAngger Liveni Pananggalih itu dokter muda berdarah ningrat. Orang bilang dia tinggal di dalam tembok. Tembok keraton. Dan karena keningratannya itu di jidat Angger seakan tertulis kalimat : BUKAN UNTUK GADIS JELATA! Mungkin itu juga yang ada di piki...