Tiga puluh dua JANUR MELENGKUNG

3K 663 72
                                    

Selamat membaca. Semoga malam ini kalian tidur nyenyak.





Sebuah janur melengkung menyita perhatian Angger. Janur itu dirangkai dengan tatacara Jawa yang penuh filosofi. Pandangan Angger lalu tertuju pada sebuah bleketepe yang menyatu dengan janur melengkung di pintu masuk. Pikiran Angger kembali terkoneksi dengan ingatan masa lalu ketika bapaknya menjelaskan filosofi bleketepe ketika dia dan bapaknya menghadiri sebuah acara pernikahan dengan adat Jawa yang kental. Anyaman dari daun kelapa yang masih hijau itu selain sebagai peneduh di pintu masuk tempat berlangsungnya acara, juga memiliki makna bahwa orang tua mengajak anak-anaknya untuk membersihkan diri dari kotoran yang melekat di jiwa dan raga mereka sebelum memasuki kehidupan pernikahan.

 Anyaman dari daun kelapa yang masih hijau itu selain sebagai peneduh di pintu masuk tempat berlangsungnya acara, juga memiliki makna bahwa orang tua mengajak anak-anaknya untuk membersihkan diri dari kotoran yang melekat di jiwa dan raga mereka s...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angger menghela napas. Pintu masuk itu menggambarkan simbol-simbol kehidupan termasuk kemakmuran dengan terdapatnya dua tandan pisang raja, kelapa gading dan padi yang menguning.

Angger merasa langkahnya sangat ringan. Dia memasuki pintu masuk itu dan berjalan lebih masuk lagi. Di sekelilingnya begitu riuh. Wajah-wajah yang tersenyum bahagia seakan ikut larut dalam kebahagiaan acara itu. Wajah-wajah yang entah mengapa tidak Angger kenal.

Angger terus melangkah. Gending Jawa berbunyi selaras ditabuh oleh para pria dengan baju tradisional Jawa.

Langkah Angger semakin mendekat ke singgasana pengantin yang megah dengan dekorasi yang didominasi oleh bunga mawar merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah Angger semakin mendekat ke singgasana pengantin yang megah dengan dekorasi yang didominasi oleh bunga mawar merah.

Lalu Angger merasa keriuhan itu semakin pekat. Tubuhnya terasa ditarik oleh beberapa orang yang dia tidak kenal. Pria dan wanita. Mereka menuntun Angger menuju singgasana dan mendudukkannya. Saat itulah Angger menyadari, bahwa dialah pengantin pria di acara itu. Angger menatap tubuhnya yang berbalut kain gaya solo basahan.

Benak Angger bertanya, apakah sekarang dia sedang menunggu Gemintang untuk naik ke singgasana itu?
Angger terdiam membisu dan menatap pintu masuk. Tetabuhan gamelan semakin mengalun, wajah-wajah tetamu semakin ceria.

Dan Angger tersenyum ketika melihat sosok Gemintang yang ayu berdiri di tengah pintu masuk. Tangan wanita itu bertaut. Angger memicing hanya untuk memastikan apakah Gemintang tersenyum sekarang?

DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang