Empat PEMUDA BERNAMA ANGGER PANANGGALIH

6.1K 1.1K 70
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*

Suasana lorong yang sunyi. Menyisakan Gemintang Cahaya dan Angger Pananggalih yang berdiri bersisian. Angger terlihat bersandar di loker. Tepat di depan pintu loker Gemintang. Sedang Gemintang berdiri kaku di sampingnya.

"Jadi selama ini kamu yang ngirim surat-surat itu. Apa maksudmu?"

Lalu Angger beranjak. Membuka pintu loker Gemintang dan mengambil kertas berwarna merah yang baru saja dia masukkan. Kali ini tanpa burung kertasnya dan Gemintang entah mengapa merasa ada yang kurang.

Angger meraih tangan Gemintang dan itu membuat Gemintang terkesiap. Hatinya berdesir hebat pada sosok di depannya yang seharusnya dia panggil Raden Mas itu. Hatinya memerintahkan untuk menarik tangannya tapi tangan Gemintang justru terdiam. Terdiam saat tangan Angger yang ternyata sedikit kasar, meletakkan secarik kertas berwarna merah di telapakannya. Gemintang bahkan sempat merutuk listrik statis yang baru saja menerjang tubuhnya, namun merasa kehilangan bersamaan dengan Angger yang menarik tangannya dan kembali bersandar.

Dengan ekor matanya, Gemintang melirik Angger yang kembali bersandar di loker.

"Kamu ga mau baca?" Angger tiba-tiba bertanya dan memutus lamunan Gemintang tentang betapa dia mengagumi sosok Angger yang pendiam bahkan pada saat mereka baru saja menginjakkan kaki di kampus ini. Gemintang membuka lipatan kertas di tangannya.

---Aku sudah sampai pada kesadaran
bahwa aku benar-benar menyukai
mu, Gemintang...
Oh...tunggu...bukan itu...
Aku tidak menyukaimu, Gemintang
Aku hanya mencintaimu...---

Gemintang termangu. Dia yakin dia tersipu. Pipinya jelas menghangat dan dia khawatir Angger akan melihatnya merona. Gemintang menunduk menekuri ujung sepatu ketsnya.

"Bukan dari aku, aku hanya menyampaikan."

Sontak Gemintang merasakan patah hati. Berharap bukan hal itu yang terdengar oleh telinganya. Apa maksud Angger bukan dia yang mengirim surat kecil dan burung kertas itu untuknya.

DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang