Sembilan Puluh Dua DALANG DAN WAYANGNYA

2.3K 642 176
                                    

Saya mengganti genre cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya mengganti genre cerita ini. Serem didemo pembaca hehhehe

Selamat membaca teman-teman, semoga hati kalian baik-baik selalu
♥️

"Kalau semua keluar dari rumah, berarti apa yang dimau sama bapak berhasil. Jangan keluar."

"Tapi, Mas. Bahaya."

Angger membenahi selimut yang menutupi kaki Mas nya.

"Hidup kita kan memang selalu dalam bahaya, Ngger." Galih menegakkan tubuhnya.

Taman rumah sakit yang berada di roof top itu sepi. Hanya ada seorang pasien di sudut lain.

 Hanya ada seorang pasien di sudut lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu gedung apa, Ngger. Baru?"

Galih menunjuk gedung di kejauhan. Angger mengikuti arah yang ditunjuk Mas nya.

"Apartemen Sandalwood, Mas. Baru."

"Aku kok belum pernah lewat."

"Sudah tapi kan waktu itu belum selesai.

"Bapak itu ga kerja sendiri, Ngger."

Angger yang baru saja duduk di sebuah kursi, menoleh ke arah Mas nya. "Maksudmu piye, Mas?"

"Begini. Kita itu diharuskan mikir ruwet, ambyar, bubrah. Jangan mikir masalah dengan sewajarnya mikir, Ngger. Jangan kalau itu urusan sama bapak."

Angger menatap Mas nya lekat. Dia menyesap kopinya pelan.

"Kamu pikir bapak itu diam saja ketika tahu pengacara keluarga mau mencurangi? Tidak, Ngger. Bapak itu langsung melakukan intrik. Kekuatan uang walaupun pemiliknya berada dalam penjara itu tidak akan luntur sedikitpun. Dan juga sebuah keahlian, sekalipun pemiliknya terhalang jeruji besi, sebuah keahlian tidak akan ikut terpenjara. Ingat ketika sipir diam saja saat dukun dari Taman Sari itu melenggang masuk?"

DARI BALIK KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang