Aku pikir aku bakalan sibuk hari ini. Ternyata di sekolah cuma duduk-duduk
Kapan rebahan?
*
Perempuan dan cara mereka berdebat.
Angger menatap Ibu kandungnya yang akhirnya menjadi kehilangan kesabaran karena teman keluarga yang bernama Sri Astuti sekarang berubah menjadi seseorang yang seolah tidak dikenalnya. Sikap Sri Astuti itu meruntuhkan sebagian yang tersisa dari pondasi pertemanan keluarga Sutrisno dan Alamsyah.
Ibu Laras itu terus berteriak-teriak. Bujukan lembut tidak sanggup meredakan amarah wanita itu yang entah bagaimana caranya bisa mengetahui keberadaan Laras.
Angger menoleh ketika mendengar sayup suara mobil berhenti di gerbang rumah. Sebuah taksi. Angger bergerak menyambar payung di dekat pintu dan setengah berlari keluar dari rumah. Melintas halaman dan menuju pagar, Angger memayungi Gemintang yang terlanjur turun dari taksi.
"Mobil siapa Mas?" Gemintang merapat ke arah Angger yang segera memeluk bahunya dengan satu tangan.
"Ibunya Laras."
"Heeh?"
Mereka berjalan masuk halaman rumah dan berhenti di teras. Gemintang mengibaskan rok nya yang sedikit basah. Mereka mendongak ketika Banyu Biru datang dan mengulurkan handuk pada Gemintang.
"Matur nuwun, Mas."
Angger meletakkan payung di sudut teras dan berdiri bersisian dengan Banyu Biru yang bersedekap. Gemintang terlihat masuk dan menghampiri Mbah Margo yang tetap terdiam. Dia menatap dua mertuanya yang berbicara dengan Ibunya Laras dan sepertinya tidak mencapai kesepakatan apapun.
Semua akhirnya menoleh dan mengikuti langkah Bu Sri Astuti yang berjalan ke arah teras dengan wajah sepenuhnya marah. Wanita itu bahkan tersengal di balik kebaya yang dia kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARI BALIK KELAMBU
Mystery / ThrillerAngger Liveni Pananggalih itu dokter muda berdarah ningrat. Orang bilang dia tinggal di dalam tembok. Tembok keraton. Dan karena keningratannya itu di jidat Angger seakan tertulis kalimat : BUKAN UNTUK GADIS JELATA! Mungkin itu juga yang ada di piki...